Almarhum menuliskan diksi kata "mistik", tapi
suasana mistis sendiri tidak diceritakan.
Soemarkotjo menuliskan suasana mistis yang
dibicarakan masyarakat luas di saat pemakaman itu dikaitkan dengan kekawatiran
penguasa akan munculnya pengkultusan (devosi) pada Bung Karno dan mengeramatkan
makam Bung Karno.
Baca Juga:
Peringati Bulan Bung Karno, Kader PDI-Perjuangan Jalan Sehat Bareng Tri Adhianto & Ono Surono
Di tengah ribuan orang yang datang dari
berbagai penjuru Indonesia yang memenuhi seluruh wilayah Blitar saat itu,
Soemarkotjo melaporkan cerita-cerita mistis.
"Baru
beberapa saat pemakaman usai, pengagum mistik mulai mengemuka," tulis
Soemarkotjo, yang dituliskan kembali pada 1974.
Menurut Soemarkotjo, masalah-masalah mistis itu
menjadi persoalan sendiri bagi pemerintah.
Baca Juga:
Bupati Karo Tinjau Proyek Pelebaran Jalan, Usulkan Pemugaran Akses ke Rumah Pengasingan Bung Karno
Di kalangan luas, tulis Soemarkotjo, tersiar
kekhawatiran, kalau-kalau makam Bung Karno ini akan dikeramatkan masyarakat.
"Residen
Kediri yang membawahi wilayah Blitar menyatakan hal itu tidak perlu
dikhawatirkan."
"Kebetulan
ada juga Residen Pati yang mempunyai wilayah penuh dengan makam-makam keramat.
Apakah menurut pengalamannya di daerah Pati, makam Bung Karno tidak akan
dikeramatkan? Menurut Residen Pati, penduduk tidak mengkeramatkan makamnya,
tapi meluhurkan orangnya," demikian tulisan Soemarkotjo yang diterbitkan
kembali dalam buku Laporan Wartawan
Kompas 1965-2005.