"Saya kira netizen bukan orang bodoh. Memang kadang kala mereka bisa mengutamakan emosi sehingga memberikan saweran karena kasihan," kata dia.
Menurut dia, pengguna media sosial di Indonesia perlu dididik supaya tidak mendukung tindakan eksploitasi di platform media sosial.
Baca Juga:
Wakil Bupati Simalungun Hadiri Peringatan Hari Jadi Ke-77 Prov. Sumut
Derajad juga mengemukakan bahwa di antara pengguna medsos ada yang menganggap aksi mengemis via daring sebagai tontonan yang menghibur.
Ia menyebut sikap itu sebagai salah satu tanda kemunduran atau krisis sosial dalam masyarakat yang terjadi akibat efek samping perkembangan cepat teknologi informasi.
"Adanya medsos (memicu) banyak perubahan perilaku, termasuk orang mendefinisikan hiburan sudah berbeda. Bahkan tontonan menyakiti kucing juga dianggap hiburan," kata dia.
Baca Juga:
Viral Preman Beringas Paksa Top Up DANA Gratis, Penjaga Konter di Medan Luka dan Trauma
"Mereka mengikuti zaman, artinya kalau secara sosial pengemis itu tetap ada, cuma sekarang instrumennya saja yang berbeda," dia menambahkan.
Selain itu, Derajad menyampaikan bahwa fenomena mengemis via medsos tidak lepas dari masalah kemiskinan dan upaya penanggulangannya.
Oleh karena itu, ia melanjutkan, selain mengedukasi masyarakat mengenai penggunaan media sosial, pemerintah juga harus fokus menggiatkan upaya untuk mengatasi kemiskinan.