Misalnya,
menerapkan teknologi dan manajemen keuangan yang selama ini nyaris tidak
dilakukan ayahnya sebagai petani.
"Sebelumnya, mengumpulkan hasil panen di buku besar, berantakan. Saat ingin
kalkulasikan berapa laba-rugi sebulan, petani dulu enggak
ngitung itu. Kalau sekarang, dengan ilmu kita yang meningkat, kita tahu
pengelolaan keuangan, kita bisa hitung, yang paling simple pakai excel,"
kata dia.
Baca Juga:
Joint Mission Indonesia-Malaysia Temui Pejabat Kunci Uni Eropa Terkait Diskriminasi Sawit
Dari sisi produksi ini, adanya
teknologi drone yang bisa melihat
kondisi kebun dari atas juga sangat membantu.
Jadi, petani bisa mengetahui, lahan mana yang tidak produktif.
Peran teknologi juga penting dalam
pembibitan dan pemupukan.
Baca Juga:
Program PSR PTPN V Bantu Petani Sawit Tingkatkan Produktivitas
Jika orangtuanya dulu membeli bibit
hanya sekadarnya, kini bibit kelapa sawit bisa lebih dulu dicek kualitasnya.
Begitu pun penggunaan pupuk agar
produksi tanaman maksimal.
Dari sisi harga, saat ini petani juga
bisa mengeceknya untuk menghindari permainan saat dibeli Pabrik Kelapa Sawit
(PKS).