WahanaNews.co | Direktur
Wahid Foundation, Yenny Wahid, mengomentari kontroversi hibah Rp 2 triliun dari
keluarga almarhum Akidi Tio kepada Polda Sumatera Selatan, yang hingga saat ini
tidak jelas pencairannya.
Dana Rp 2 triliun sebelumnya disebut
akan diserahkan sebagai hibah untuk membantu penanganan korban Pandemi
Covid-19.
Baca Juga:
Kapolri Copot Kapolda Sumsel
Yenny menilai, kontroversi yang
terjadi menjadi contoh banyak orang saat ini sedang mengalami krisis akal
sehat.
"Meskipun percaya bahwa selalu
ada malaikat dan keajaiban, peristiwa ini mengingatkan kita untuk selalu
rasional dalam menghadapi apa pun. Ojo kagetan," ujar Yenny, dalam
keterangannya, Selasa (3/8/2021).
Yenny kemudian mengajak semua anak
bangsa kembali mengedepankan akal sehat.
Baca Juga:
Kasus Akidi Tio: Didesak Copot Kapolda Sumsel, Ini Respons Polri
Dia menilai, dengan mengedepankan
akal sehat, maka Indonesia akan tetap kuat, meski saat ini Covid-19 masih
melanda.
"Orang semestinya curiga, kok
bisa ada yang menyumbang dua triliun, benar apa enggak, sehat mentalnya atau
enggak? Jangan sampai satu negara ikut kebobolan. Covid-19 memang membuat kita
nyaris putus asa, tetapi jangan sampai kehilangan akal sehat," ucapnya.
Yenny juga mengingatkan untuk
menyaring semua informasi terlebih dahulu.
Jangan begitu saja diterima
bulat-bulat, lantas kemudian dipublikasikan.
"Jadi, sangat penting perlu
dilakukan verifikasi dulu sebelum dikeluarkan ke publik," katanya.
Geger Akidi itu mengingatkan putri
Presiden RI ke-4, Abdurrahman Wahid, ini pada heboh Bruneigate yang
terjadi di era ayahnya, beberapa waktu lalu.
Ketika itu, parlemen menekan keras.
Setelah Tim Kejagung memverifikasi
langsung pada Kesultanan Brunei, baru akal sehat tegak kembali.
Yenny Wahid meminta publik ojo
kagetan sehingga tidak mudah terombang-ambing oleh kabar dan informasi.
Yenny juga teringat dengan geger
Menlu Adam Malik menerima secara resmi seorang ibu hamil yang mengaku bayi
dalam kandungannya bisa bicara.
Menurut Yenny, aparat ketika itu
tidak mengedepankan rasio, sehingga meloloskan penipu diterima menteri utama
kabinet.
"Hilangnya sense of
rasionalitas," tandas Yenny Wahid.
Cut Zahara Fona, itulah nama ibu
hamil yang menyebut bayi dalam kandungannya bisa bicara.
Dia diterima Menlu Adam Malik di
kediaman resmi.
Adam Malik kemudian mendengarkan "bayi
bicara", lalu heboh pers memberitakan.
"Publik geger juga. Belakangan,
Cut Zahara ketahuan bohong. Ternyata, suara bayi adalah suara tape recorder
yang diumpetin di perut," katanya.
Untuk itu, Yenny meminta semua pihak
kembali mengedepankan rasionalitas.
"Pandemi Covid-19 memang membuat
semua nyaris putus asa, tetapi jangan sampai kehilangan akal sehat. Mari
berbuat sebisa kita membantu sesama dalam keadaan serba sulit saat ini,"
pungkas Yenny. [dhn]