WahanaNews.co | Nama Henk Ngantung kini menjadi perbincangan publik usai
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mengabulkan gugatan atas logo Tugu Selamat Datang yang dipakai oleh Mall Grand Indonesia tanpa izin.
Dalam persidangan yang berlangsung
pada Rabu (20/1/2021), PN Jakarta Pusat menjatuhkan
hukuman denda sebesar Rp 1 miliar kepada pihak Mall Grand
Indonesia.
Baca Juga:
Survei Indikator: Dedi Mulyadi Paling Puaskan Warga, Andra Soni Paling Rendah
Tugu Selamat Datang atau Monumen Selamat Datang merupakan salah
satu dari deretan hasil karya seni Henk Ngantung yang hingga kini masih bisa
dinikmati keindahanya.
Melansir laman Digital Archive of Indonesian Contemporary Art, Henk Ngatung
adalah seorang seniman yang lahir pada 1 Maret 1921 di Bogor, Jawa Barat.
Sejak kecil, Henk telah bercita-cita
menjadi seorang pelukis.
Baca Juga:
59 Pejabat Dilantik, Pramono Anung Tata Birokrasi DKI Jakarta
Impian itu ia bawa hingga tumbuh
dewasa dan menjadi pelukis yang mendapat perhatian dari pemerintah di masa itu.
Pada tahun 1937, Henk mendapat kesempatan dari pemerintah Kolonial Hindia Belanda
untuk memamerkan beberapa karya lukisannya di gedung kesenian milik pemerintah
kolonial, yaitu Bataviasche Kunstkring.
Dalam pameran itu, ia menjadi salah satu dari empat seniman asal Indonesia yang ikut
dalam event tersebut, bersama
Soedjojono, Agus Djaya, dan Emiria Soenassa.
Keikutsertaan Henk dalam sejumlah
pameran juga berlanjut pada masa pendudukan Jepang hingga masa Agresi Belanda.
Selain aktif mengikuti pameran, Henk
akhirnya berkesempatan membuat pameran tunggal yang berlangsung pada Agustus
1948, di Hotel Des Indes, Jakarta.
Dalam pameran ini, Henk memajang
sejumlah karya yang menggambarkan pemandangan wilayah Indonesia, seperti lukisan Tanah Lot di Bali, pemandangan di lembah hijau,
pesisir pantai, pemandang laut dan lukisan aktivitas warga.
Selain lukisan, Henk Ngantung juga
piawai dalam membuat sketsa orang dan tokoh-tokoh penting di Indonesia kala
itu, seperti sketsa Sitor Situmorang, ST Takdir Alisjahbana, Gadjah Mada, PM
Sutan Syahrir, Prof Schermerhorn, dan sketsa yang menggambarkan
aktivitas orang.
Deretan sketsa-sketsa hitam putih yang
dibuatnya kemudian dirangkum dalam buku Sketsa-Sketsa
Henk Ngantung, yang dipublikasikan pada 1981.
Tak hanya berprofesi sebagai seniman,
Henk Ngantung juga pernah didapuk sebagai pejabat.
Ia diangkat oleh Presiden pertama RI,
Sukarno, menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta (1960-1964), dan kemudian menjadi Gubernur DKI (1964-1965).
Saat menjabat sebagai Wakil Gubernur
DKI Jakarta, Henk ditunjuk Presiden Sukarno untuk membuat sketsa Monumen Selamat Datang yang ditujukan
menyambut tamu-tamu kenegaraan dalam rangka Asian Games IV pada tahun 1962.
Atas perintah itu, Henk kemudian
membuat sejumlah sketsa, mulai dari yang menampilkan pria dan
wanita dengan beragam pose.
Namun,
diputuskan untuk menggunakan sketsa muda-mudi yang riang gembira menyambut para
peserta yang datang.
Bunga yang ada di genggaman patung
merupakan simbol persahabatan atas kedatangan para peserta Asian Games.
Hingga kini, monumen
hasil sketsa Henk Ngantung itu masih berdiri megah di Bundaran Hotel Indonesia,
Jakarta Pusat.
Setelah menyelesaikan masa tugasnya,
Henk kembali menjadi pelukis dan tinggal di daerah Cawang,
hingga akhir hayatnya.
Henk Ngantung meninggal 12 Desember
1990. [dhn]