AI dapat digunakan untuk mengautomasikan tugas-tugas administrasi guru, seperti penilaian tugas dan pembuatan laporan.
Hal ini dapat membebaskan guru untuk fokus pada hal-hal yang lebih penting, seperti mengajar dan membimbing siswa.
Baca Juga:
Wakil Presiden Gibran Tinjau Workshop AI di Sekolah Bunda Mulia Kalideres
Professor Prosun Bhattacharya di KTH Royal Institute of Technology, Stockholm, mengatakan, mahasiswa tidak sepatutnya diizinkan menggunakan teknologi baru itu sebelum adanya kebijakan yang mengaturnya.
“Karena menurut saya, ini akan sangat berdampak pada kemampuan belajar para siswa, karena saat ini ilmu pengetahuan diperoleh dengan membaca buku, membaca artikel riset atau karya lainnya, yang tidak bisa digantikan informasi yang dihasilkan secara artifisial," katanya seperti dilansir dari BBC, Jumat (6/10/2023).
Apakah pelajar dapat bergantung pada AI untuk mengerjakan tugas mereka dan mencontek?
Baca Juga:
UPH Resmi Buka Fakultas Artificial Intelligence, Gandeng Zhejiang University
Di seluruh dunia, selama puluhan tahun, perangkat lunak Turnitin menjadi salah satu cara utama untuk memeriksa ada-tidaknya plagiarisme.
April lalu, perusahaan software itu meluncurkan sebuah alat kecerdasan buatan untuk mendeteksi konten buatan AI.
Turnitin menyediakan alat itu secara gratis kepada lebih dari 10.000 institusi pendidikan di seluruh dunia, meski ia berencana untuk membuatnya berbayar mulai awal 2024.