WahanaNews.co | Sebagian orang rela mengeluarkan uang demi kekasih yang sama sekali belum pernah mereka jumpai secara langsung.
Perkenalan dan interaksi virtual yang terjalin lewat kencan online dianggap cukup kuat untuk saling percaya dan memberikan banyak informasi diri kepada orang lain.
Baca Juga:
Jaksa Gadungan Menipu Rp4,6 Miliar untuk Judi Online, Ditangkap Kejagung
Riset perusahaan keamanan siber, Kaspersky menunjukkan love scams di dunia maya kian mengemuka selama pandemi Covid-19.
Managing Director untuk Kaspersky Asia Pasifik, Chris Connell mengatakan, penipuan online dengan bumbu cinta bertambah sejak 2020, ketika pandemi melanda dunia.
"Dengan aktivitas fisik yang terbatas, internet, khususnya platform media sosial, telah menyediakan koneksi penting bagi banyak orang," kata Connell dalam keterangan tertulis.
Baca Juga:
Membantah Mitos: 5 Cara Menjadi Pengusaha Sukses bagi Si Introvert
Penelitian Kaspersky menemukan, sebanyak 53 persen pengguna media sosial di seluruh dunia terhubung melalui jejaring pertemanan mereka lebih sering dari sebelumnya.
Sebanyak 1.007 orang menjadi responden riset tersebut dan 18 persen di antaranya atau 181 orang tinggal di Asia Tenggara.
Dari 181 peserta penelitian tadi, sebanyak 76 persen menggunakan media sosial untuk memperkuat relasi atau mempertahankan koneksi dengan orang lain di masa pandemi.
Sebanyak 24 persen dari mereka yang awalnya berkenalan di dunia maya mewujudkan relasi tersebut ke kehidupan nyata. Sementara 18 persen lainnya mengaku berkencan dengan orang yang baru kenal di berbagai platform media sosial.
"Pesatnya perkembangan dalam upaya menemukan pasangan ini juga disertai risiko emosional hingga finansial," kata Connell.
Pada 2021 misalkan, kepolisian Singapura dan Malaysia melacak kelompok yang khusus menyasar orang-orang dimabuk cinta sebagai target penipuan percintaan alias romance scams.
Sindikat itu diduga berada di balik setidaknya delapan penipuan di Malaysia dan Singapura. Salah satu kasus terbesarnya adalah seorang wanita Singapura berusia 41 tahun yang kehilangan Sin$ 28 ribu atau sekitar Rp 296 juta.
Soal usia korban penipuan kekasih virtual, penelitian Kaspersky menunjukkan kelompok usia yang paling banyak tertipu.
Mereka adalah generasi babby boomers dan silent generation. Generasi babby boomers lahir pada 1946-1964 (kini berusia 58-76 tahun) dan silent generation yang lahir pada 1918-1945 (kini berusia 77 tahun ke atas).
Sementara generasi Z, generasi X, dan generasi milenial cenderung cukup berhati-hati dalam menggunakan layanan kencan online.
Meski begitu, tiga kelompok generasi ini tetap menjadi sasaran empuk dan dapat teperdaya oleh para penipu berkedok asmara.
Adapun jumlah uang yang hilang demi kekasih virtual itu kurang dari USD 100 sampai 10 ribu. Connell menjelaskan, para penipu itu memanfaatkan ketidaktahuan dan kepolosan korban untuk membagikan informasi pribadi mereka, seperti nomor rekening atau lewat rayuan yang mengiba.
"Para penipu itu memahami bagaimana rasanya kesepian di masa pandemi ini dan rela berkorban demi meningkatkan hubungan satu sama lain," katanya.
Kasus penipuan ini, dia melanjutkan, mestinya menjadi pengingat agar jangan mudah percaya dan berbagi informasi sensitif kepada orang yang baru dikenal. Berikut cara mengidentifikasi tanda-tanda penipuan saat kencan online:
Menunjukkan emosi yang kuat dalam waktu singkat
Segera mengubah jalur komunikasi dari platform media sosial atau aplikasi kencan ke sambungan langsung, misalkan lewat WhatsApp atau email.
Banyak pertanyaan pribadi karena si penipu ingin lebih mengetahui karaktermu, sehingga dia bisa dengan mudah mempermainkannya.
Cerita yang tidak konsisten. Para penipu yang beroperasi dalam tim atau sindikasi biasanya saling bergantian dalam merespons komunikasi. Waspada jika ada pernyataan atau jawaban yang tidak sinkron satu sama lain.
Tidak punya jejak digital.
Menghindari panggilan video dan pertemuan tatap muka.
Para penipu berkedok cinta ini tentu tak ingin wajahnya dikenali oleh korban. Mereka akan berusaha menghindari percakapan lewat video dan pertemuan langsung. Yang jelas, kemungkinan besar foto profil yang mereka pajang di media sosial jelas berbeda dengan penampilan sebenarnya agar sulit terlacak.
Meminta uang. Jangan terbawa cerita pilu dalam hidupnya. Mulai dari orang tua sakit, kesulitan biaya untuk sekolah, bangkrut, dan banyak lagi alasan demi mengambil uangmu.
Agar tidak menjadi korban, berikut cara aman memulai hubungan di dunia maya:
Saat menggunakan media sosial, jangan menerima permintaan pertemanan dari orang yang tidak dikenal.
Hindari mengungkapkan terlalu banyak informasi pribadi pada profil kencan atau kepada seseorang yang hanya mengobrol lewat online.
Jangan buru-buru ingin mengenalnya lebih dalam. Sampaikan beberapa pertanyaan ringan dan perhatikan apakah dia konsisten dalam memberikan respons atau jawaban.
Manfaatkan layanan kencan terkemuka dan tetap berkomunikasi melalui layanan pesan mereka. Penipu online biasanya ingin segera beralih ke saluran komunikasi langsung, misalkan lewat email atau pesan instan, supaya tak terlacak dan tiada jejak di platform kencan tersebut.
Jangan pernah memberikan uang kepada siapapun kecuali kamu mengenalnya dan terkonfirmasi kondisinya.
Jika kamu benar-benar sedang menjalin asmara dengan seseorang di dunia maya, beri tahu orang terdekat sebagai perlindungan untukmu. [rin]