Di industri hiburan, dampak fenomena ini lebih nyata. Laporan dari Vice menunjukkan bahwa orang berwajah menarik lebih mampu menarik perhatian publik.
Fokus yang seharusnya pada konten sering kali bergeser pada pesona fisik pembuat konten, yang membuat konten mereka viral dalam waktu singkat.
Baca Juga:
Aming Tampil Religius Pakai Peci dan Baju Koko, Baim Wong: Nah Ganteng Neh!
Sayangnya, publik sering lupa bahwa kualitas konten lebih penting dibanding sekadar paras. Di media sosial, fenomena ini menjadi sangat mencolok.
Misalnya, jika seseorang dengan penampilan biasa terlibat kasus, netizen cenderung melayangkan kritik pedas.
Namun, jika yang tersandung masalah adalah orang berwajah tampan atau cantik, reaksi netizen jauh lebih lunak, bahkan terkadang justru membela.
Baca Juga:
Simak! Ini 5 Kandungan Skincare yang Meminimalisir Efek Buruk Polusi Udara
Mengapa Ini Terjadi?
Fenomena ini berakar pada standar kecantikan yang dianut masyarakat. Standar tersebut membentuk klasifikasi sosial tentang siapa yang dianggap menarik atau tidak.
Padahal, konsep ini bersifat subjektif, karena tidak ada aturan pasti untuk menentukan seseorang good looking atau tidak.