Meski demikian, tanggal 4000 SM biasanya diberikan untuk pembuatan bir.
Melalui perdagangan, bir kemudian datang ke Mesir dan mereka menambah proses aslinya, menciptakan produk yang lebih ringan dan mendapat popularitas yang besar.
Baca Juga:
Seorang Wanita Tewas Usai Minum Miras di Tempat Hiburan Malam Jakarta
Meskipun kemudian bir dikenal oleh Yunani dari Romawi, tapi ia tak pernah mendapat pengikut setia karena mereka lebih suka anggur dan menganggap bahwa bir adalah minuman "barbar".
Melalui beberapa penafsiran, penemuan pembuatan bir di Godin Tepe ialah ketika masa pertanian pertama kali dikembangkan di wilayah tersebut.
Sementara beberapa ahli berpendapat bahwa bir ditemukan secara tidak sengaja melalui biji-bijian yang digunakan untuk pembuatan roti yang difermentasi, yang lain mengklaim bahwa hal itu mendahului roti sebagai makanan pokok dan dikembangkan dengan sengaja sebagai minuman keras.
Baca Juga:
Siswa Dibully hingga Masuk RS, SMK Gorontalo Sebut Tak Ada Perundungan
Seorang sarjana, Max Nelson, pernah menulis: "Buah-buahan secara alami berfermentasi melalui tindakan ragi dan campuran alkohol yang dihasilkan sering dicari dan dinikmati oleh hewan. Manusia pra-pertanian di berbagai daerah dari Periode Neolitik pasti juga mencari buah-buahan yang memfermentasi dan bahkan mungkin mengumpulkan buah-buahan liar yang mereka harapkan akan memiliki efek-efek fisik menarik (yang memabukkan) jika dibiarkan di udara terbuka," dikutip oleh World History Encyclopedia.
Terkait teori pembuatan minuman keras, entah itu bir, anggur, atau lainnya, telah didukung oleh sejarah kebutuhan manusia.
Setelah ia memenuhi kebutuhan akan makan, tempat tinggal, dan hukum, mereka akan mengejar penciptaan beberapa minuman keras.