Si pelayan bar menasihati Gilgamesh untuk mengentikan pencarian akan makna hidup dan menikmati apa yang ditawarkan, termasuk bir.
Orang Sumeria memiliki banyak kata berbeda untuk bir, yakni sikaru, dida, dan ebir (yang berarti "gelas bir").
Baca Juga:
Meresahkan, Satpol PP Tangerang Tindak Tegas Penjualan Miras di Depot Jamu
Mereka menganggap minuman itu sebagai hadiah dari para dewa untuk meningkatkan kebahagiaan dan kesejahteraan manusia.
Pembuat bir asli mereka ialah wanita, pendeta, wanita Ninkasi, dan wanita penyeduh bir di tiap rumah.
Di Mesopotamia, bir dibuat dari bippar (roti barley yang dipanggang dua kali) kemudian difermentasi.
Baca Juga:
Polda Kaltara Musnahkan Ratusan Botol Miras Ilegal dan Narkotika Bernilai Miliaran
Di bawah pemerintahan Babilonia, produksi bir Mesopotamia meningkat dan lebih dikomersialkan.
Bahkan ada undang-undang yang dilembagakan mengenai hal itu, sebagaimana dijelaskan dalam paragraf 108-110 dari Codex Hamurabi.
108: Jika seorang penjaga kedai (perempuan) tidak menerima biji-bijian menurut berat kotor dalam pembayaran minuman, tetapi mengambil uang, dan harga minuman itu lebih rendah dari harga biji-bijian, dia akan dihukum dan dibuang ke dalam air.