Wakil Menteri Dalam Negeri
NUG, Khu Te Bu, mengatakan kepada Al
Jazeera, dia memperkirakan pertempuran di seluruh negeri akan memburuk
dalam beberapa pekan dan bulan mendatang, tetapi khawatir pasukan pertahanan
sipil kalah senjata dan tidak memiliki pelatihan yang cukup untuk mengalahkan Tatmadaw.
"Mereka menggunakan senjata
rakitan tangan, tetapi mereka tidak dapat melindungi rakyat dari militer yang
telah mempersiapkan diri dan membangun pasokan senjatanya selama
bertahun-tahun," jelasnya.
Baca Juga:
Bertahan di Rakhine, Etnis Rohingya Seolah Hidup Tanpa Harapan
Pada 26 Mei, NUG mengumumkan
kode etik.
Ditujukan kepada semua
kelompok perlawanan bersenjata, disebutkan bahwa para pejuang dilarang melukai
warga sipil dan meminimalkan kerusakan tambahan.
Khu Te Bu berharap, kelompok
perlawanan dapat bersatu melawan musuh bersama, dan mengatakan NUG memiliki
peran penting dalam memastikan kelompok tersebut memiliki kesadaran yang kuat
tentang aturan perang, termasuk bagaimana melindungi warga sipil dan menangani
tahanan perang.
Baca Juga:
Aung San Suu Kyi Divonis 6 Tahun Penjara
"(Kelompok perlawanan) tidak
bisa begitu saja melanggar aturan internasional karena militer tidak
mengikutinya," katanya.
"Mereka harus menanggapi
musuh secara sistematis untuk melindungi hak asasi manusia," lanjutnya.
Dengan persediaan senjata dan
dana yang terbatas, para pejuang sipil berharap NUG juga dapat memberikan
dukungan sumber daya manusia dan material dalam waktu dekat.