WahanaNews.co | Salah satu Warga Negara Indonesia (WNI) di Arab Saudi membeberkan kondisi di kawasan King Abdullah City yang disebut melonggarkan aturan salah satunya bebas memakai bikini.
AFP melaporkan, kawasan pesisir di King Abdullah Economic City dibuka untuk turis, yang boleh datang berpasangan.
Baca Juga:
Tanpa Deklarasi, Arab Saudi Bantu Cegat Drone Iran Menuju Israel
Area ini berbatasan dengan Laut Merah.
Para wisatawan disebut boleh mengenakan pakaian renang bahkan bikini di kompleks hotel atau jalanan.
Tri Suci menceritakan saat dirinya berkunjung ke Science Technology University di King Abdullah City.
Baca Juga:
Presiden Prabowo Disambut Meriah di Jeddah, Awali Kunjungan Kenegaraan ke Arab Saudi
Menurutnya, kawasan tersebut memang mengizinkan kolam renang campur bagi laki-laki dan perempuan dengan pakaian bebas. Mengingat di lokasi itu banyak warga negara asing.
"Memang benar ada kolam renang campur (untuk lelaki dan perempuan) karena kan mahasiswanya dari luar negeri," ujar Tri saat dihubungi wartawan, Selasa (18/10/2021).
Tri mengatakan, beberapa tempat wisata atau hiburan di Arab Saudi sudah ada yang membuka pantai untuk umum, yang tadinya bersifat privat dan ketat.
Mulanya untuk rekreasi keluarga, lambat laun pasangan laki-laki dan perempuan, hingga kemudian pakaian bebas.
"Sebenarnya bukan identik bikini. (tapi) berpakaian bebas," lanjutnya.
Di kawasan King Abdullah City, menurut Tri, aturan bergantung penguasa wilayah tersebut.
Selain soal pakaian, kebijakan mengenai dokumentasi juga ketat.
Jika akan memasuki tempat rekreasi di kota itu, akan ada larangan untuk mengambil gambar atau merekam keadaan.
Bila petugas mendapati ada yang merekam, mereka akan mengambil HP atau alat yang digunakan perekam dan meminta agar segera dihapus.
"Karena mereka sudah memberi aturan yang mana kita enggak boleh merekam. Kalau merekam, HP kita diambil, minta dihapus sesegera mungkin," katanya
"Ya itulah aturan di tempat-tempat yang terlarang bagi kita orang luar," Tri melanjutkan.
Aturan serupa sebetulnya bukan hal baru di Saudi.
Tri bercerita saat ia masih bekerja di sebuah hotel pada 2017 silam.
Saat itu, salah satu koleganya yang berasal dari Libanon mengenakan bikini saat bertemu bosnya di pantai pulau pribadi di Al Khobar.
Tri menilai, tertutupnya Saudi dan minimnya ekspos menjadikan hal tersebut seperti sesuatu yang baru.
Ramainya pemberitaan mengenai kebebasan pakaian di beberapa tempat wisata Saudi tentu menuai pro-kontra.
Menurut Tri, bagi mereka yang pro lantaran membutuhkan tempat untuk rekreasi.
"Itu sih sebenarnya tujuan mereka," katanya.
Namun bagi yang kontra, mereka tak punya tempat untuk menyuarakan keluhannya.
Sebab beberapa tempat sifatnya pribadi, kata Tri.
"Karena ini dilindungi banget ya. Misalnya oleh orang-orang penguasa. Jadi kaum minoritas tidak terekspos atau terdengar suara-suaranya," imbuhnya.
Pemerintah juga, kata Tri, tak akan menanggapi pemberitaan itu selama tidak mengganggu kawasan atau negaranya.
Mereka akan tutup telinga.
Sebelumnya, Arab Saudi membuka sebagian kawasan destinasi wisata dengan melonggarkan beberapa aturan.
Hal tersebut menggemparkan lantaran Saudi dipandang sebagai negara yang konservatif.
Beberapa wisatawan mengaku senang dengan aturan baru itu.
Mereka bisa menari dengan pasangannya di atas pasir putih di tepi Laut Merah dengan iringan musik tanpa rasa takut.
Padahal sebelum tahun 2017, musik dilarang pemerintah Riyadh. [dhn]