Remaja yang melarikan diri disebutnya sudah kehabisan keterampilan memecahkan masalah. Keputusan meninggalkan rumah bersama segala hal yang membebani mereka, dianggap dapat menyelesaikan atau meniadakan masalah.
Namun, ada beberapa jenis perilaku yang berbeda.
Baca Juga:
Polisi Tangkap Pelaku Penyekapan & Pemerkosaan Remaja Perempuan di Tangerang
Ketika anak melarikan diri setelah sesuatu terjadi, hal ini dapat dianggap sebagai perilaku kabur episodik.
Polanya tidak konsisten dan anak tidak selalu menggunakannya sebagai strategi pemecahan masalah atau untuk mendapatkan kekuasaan. Sebaliknya, anak mungkin berusaha menghindari konsekuensi, penghinaan, atau rasa malu.
Ada juga pelarian kronis, di mana anak selalu melarikan diri untuk mendapatkan kekuasaan. Ini bisa menjadi bentuk lain dari manipulasi, bahkan mungkin anak kerap mengancam orang tuanya dengan mengatakan akan kabur dari rumah jika memaksa melakukan sesuatu.
Baca Juga:
Polisi Ungkap 2 Remaja Jadi Otak Pencurian di Rumah Wakil Ketua DPR Rachmat Gobel
Apa yang harus dilakukan orang tua untuk mencegah perilaku demikian? Lehman menyarankan orang tua bicara dari hati ke hati dengan anak, serta memberikan pengertian bahwa kabur dari rumah tidak akan membantunya menyelesaikan masalah.
Melansir Republika, hal terpenting yang dapat dilakukan orang tua adalah mengajari anak keterampilan memecahkan masalah sejak dini. Ajak anak memandang masalah dari berbagai sudut pandang berbeda dan memikirkan banyak opsi untuk mengatasi masalah yang dia hadapi.
Berikan penghargaan kepada anak ketika mereka mampu memecahlan masalah. Orang tua pun perlu menumbuhkan cinta tanpa syarat dalam mengasuh anak, yang artinya orang tua sudah sepatutnya tetap mencintai anak seperti apa pun kondisi maupun prestasinya.