Kondisi tersebut meyakinkan bahwa krisis air bersih tidak hanya berkaitan dengan problem infrastruktur saja tetapi juga kesetaraan hak perempuan.
Keduanya perlu sama-sama diatasi karena pada akhirnya saling berkaitan.
Baca Juga:
Prediksi BMKG: 27 Tahun Lagi Penghuni Bumi Tak Bisa Makan
Infrastruktur penyediaan air bersih memang sudah menjadi prioritas utama pemerintah untuk mencapai target ketersediaan air bersih 100 persen.
Namun, hal yang seringkali luput adalah bagaimana infrastruktur tersebut ramah perempuan.
Fasilitas penampungan air di wilayah terpencil seringkali tidak memperhitungkan kemudahan akses bagi perempuan.
Baca Juga:
Wabah Kolera Menggila di Suriah, WHO Sebut Karena Minum Air Sungai Eufrat
Fasilitas tersebut tidak dialirkan ke setiap rumah sehingga para perempuan pengumpul air tetap akan kesulitan mencapai fasilitas tersebut.
Padahal, dalam proses mengakses air di luar tempat tinggalnya, para perempuan menghadapi beban berat.
Banyak waktu dan tenaga dikeluarkan karena jauhnya jarak sumber air bersih.