Sehingga,
dapat sepenuhnya dipahami kaitan antara perubahan iklim, mencairnya es dan
perubahan muka air laut.
Sedimen
laut merupakan salah satu arsip alam mampu merekam perubahan iklim dan
permukaan laut dalam kisaran waktu dari ribuan hingga jutaan tahun dengan
resolusi puluhan hingga ratusan ribu tahun.
Baca Juga:
Komunitas Lintas Agama Bersama Wamenkeu Thomas Djiwandono Aksi Nyata untuk Lingkungan
Objek
penelitian dalam sedimen laut adalah foraminifera, organisme bersel satu
(protista) dengan komposisi cangkang kalsit (CaCO3) berukuran 100 μm hingga 20
cm.
Kandungan
foraminifera plankton mampu memberikan informasi suhu dan salinitas sedangkan
batimetri masa lampau dapat diperoleh dari hasil interpretasi berdasarkan data
foraminifera bentos, yang selanjutnya digunakan untuk interpretasi perubahan
muka air laut.
Foraminifera
bentos yang dijumpai dalam sedimen laut sangat sensitif terhadap perubahan
lingkungan ataupun ekologi termasuk perubahan muka laut.
Baca Juga:
BMKG Goes To Campus, Berikan Kuliah Tamu Perubahan Iklim dan Ketahanan Pangan di Universitas Satya Terra Bhinneka
Kelimpahan
spesies foraminifera bentos tertentu dapat menunjukkan kisaran kedalaman air
laut tertentu, dengan tambahan analisis isotop oksigen foraminifera bentos
tersebut yang kemudian dikoreksi dengan perubahan volume air laut global dan
perubahan suhu air laut dalam didapatkan nilai perubahan muka laut relatif di
suatu daerah penelitian.
Berdasarkan
rekaman sedimen laut dari wilayah paparan Sunda menunjukkan pada kondisi
lampau, yaitu pada pada periode glasial terakhir maksimum atau dikenal dengan
last glacial maximum (LGM) (yaitu periode 21-18 ribu tahun yang lalu), wilayah bagian
barat Indonesia pernah merupakan daratan yang luas atau lebih dikenal sebagai
Sunda daratan (Sundaland).
Pada
periode glasial terakhir maksimum ini, perubahan muka laut global berkurang
hingga ± 120 m dibandingkan tinggi muka laut sekarang.