Semasa taruna, Nasution mengenang sosok Sim sebagai siswa pribumi yang menonjol. Nasution punya penilaian tersendiri sehubungan dengan pilihan Sim mengambil jurusan zeni.
Sebagai prajurit, Sim tidak memilih infanteri sebagai “ratu pertempuran”, melainkan zeni, yang terkenal sebagai cabang bagi orang-orang pintar atau dalam eksesnya dijuluki tempat “untuk jadi kaya”. Pada saat pemilihan senat, Simatupang mencalonkan diri sebagai kandidat.
Baca Juga:
Letjen TB Simatupang dan DR Liberty Manik, Diantara 10 Putra Terbaik Sidikalang Dairi
“Harus ada calon dari Indonesia,” kata Sim kepada Nasution sebagaimana dituturkan Nasution dalam “Rekan Simatupang 70 Tahun” termuat di kumpulan tulisan Saya Adalah Orang yang Berhutang: 70 Tahun Dr. T.B. Simatupang.
Kesan senada juga dikenang sejawat yang lainnya, Alex Kawilarang. Saat pelantikan perwira muda, pada seragam militer Simatupang tersemat tanda mahkota (krown) perak. Tanda itu hanya dimiliki oleh taruna yang memiliki nilai yang baik.
“Seandainya Simatupang orang Belanda, dia pasti akan mendapat mahkota emas,” tutur Alex Kawilarang, kepada Ramadhan K.H. dalam AE Kawilarang: Untuk Sang Merah Putih.
Baca Juga:
Jejak Langkah TB Simatupang dan Riwayat Setelan Celana Abu-abu
Hengkang dari Ketentaraan
Di masa perang kemerdekaan, Sim ikut bergerilya. Kepala Staf TNI Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo menempatkannya sebagai Kepala Organisasi Staf Umum Markas Besar Tentara (MBT).