”Kenapa hanya untuk adat? Kenapa ulos enggak bisa setara dengan batik atau ikat? Pertanyaan pun berkembang lagi dengan memikirkan apa sih yang sebenarnya terjadi di Sumatera sana? Cerah enggak masa depan ulos? Bagaimana penenun di sana? Ternyata memang ulos hampir punah karena kurangnya regenerasi penenun ulos di Tobasa, salah satunya,” ungkap Kerri, saat jumpa pers pada Hari Ulos Nasional yang jatuh pada 17 Oktober 2021.
Lewat riset dan pendalaman langsung di Tobasa, Sumatera Utara, satu per satu persoalan berupaya diurai.
Baca Juga:
Novita Dewi Ungkap Syukur, Putranya Siap Jadi Penerus Jack Marpaung
Dukungan terhadap para penenun, edukasi, hingga ceruk ekonomi yang dapat diperoleh dengan melestarikan tenun ulos ini dipaparkan melalui aneka lokakarya yang diselenggarakan secara rutin.
Sampai terbentuk komunitas Jabu Bonang yang mewadahi para ibu dan generasi muda yang berlanjut menenun.
Bahkan kemampuan softskill juga dibekali, hingga konseling untuk persoalan kekerasan dalam rumah tangga, isu reproduksi, sampai terapi sosial.
Baca Juga:
Gema Batak Nusantara Ikut Kampanyekan Seruan Melawan Konten 'Bahasa Kotor' di Media Sosial
”Itu sangat penting, isu pemberdayaan perempuan yang juga harus tersampaikan. Sebenarnya pelaku budaya sering lupa bahwa ada perempuan di baliknya. Para perempuan penenun ini merupakan tulang punggung keluarga, juga dengan banyak tantangannya,” ujar Kerri.
Jabu Bonang kini tak hanya berada di Tobasa.
Sudah meluas ke beberapa daerah sekitar, seperti Samosir, Simalungun, dan Siantar.