Menurut
dia, curah hujan di Jakarta bisa saja meningkat, mengingat fenomena alam La
Nina. Menurut dia, jika hujan ekstrem, otomatis akan terjadi luapan di
drainaseJakarta.
Indikator
kedua yakni soal banjir kiriman dari wilayah Puncak, Bogor, Jawa Barat. Menurut
dia, jika kawasan Puncak hujan lebat, maka risiko ancaman banjir kiriman akan
terjadi.
Baca Juga:
Jaga Citra Kawasan ASEAN, ALPERKLINAS Apresiasi Target Pemprov Jakarta Bersih Kabel Listrik
Hal
itu, kata dia, menyebabkan banjir di pemukiman warga yang berada di bantaran
kali. Sementara, kapasitas sungai di Jakarta rata-rata lebarnya hanya 15-20
meter.
"Dari
situ aja terlihat kapasitas sungai kita tidak memadai, hasilnya begitu hujan
lebat, otomatis sungai meluap," ungkapnya.
Indikator
yang terakhir yakni, saat ini daerah resapan air seperti situ, danau, embung,
dan waduk di Jakarta belum beroperasi maksimal. Hal ini terlihat dari
pengerukan belum berjalan dengan baik.
Baca Juga:
Layanan JKN Makin Mudah Diakses Warga Jakarta: Cukup Pakai NIK dan Mobile JKN
"Nah,
ketiga hal itu yang tidak terjadi. Fokusnya Pemda sekarang ini, di luar pandemi
Covid, tentu kita apresiasi apa yang sudah dilakukan, tapi ini hanya kegiatan
rutin. Seperti grebek lumpur yang lagi digiatkan itu, lumpur saluran air, lumpur
sungai, dan lain-lain," pungkasnya.
Gubernur
DKI Jakarta,
Anies Baswedan,
sebelumnya menginstruksikan agar seluruh jajaran mewaspadai banjir dampak dari
fenomena alam La Nina.
Menurut
Anies, fenomena La Nina dapat mengakibatkan curah hujan yang jauh lebih intensif dari biasanya.