WahanaNews.co | Agus Isak, pemilik rumah di Kecamatan Sukadiri, Kabupaten Tangerang, tak menyadari bila rumahnya ambruk akibat dampak gempa 5,7 magnitudo pada Jumat (14/1/2022) lalu. Pasalnya, dirinya saat itu sedang asyik mandi di kamar mandi rumahnya, sehingga tak merasakan getaran maupun suara bangunan hancur.
Menurut Agus Isak, dinding rumahnya hancur dihantam gempa susulan. Namun, saat detik-detik robohnya dinding rumahnya itu, dirinya sedang mandi untuk bersiap salat Magrib.
Baca Juga:
Pemerintah Kabupaten Tangerang klaim penurunan angka stunting pada balita 6,9%.
"Pas terjadinya gempa yang sore itu mah nggak roboh. Tapi robohnya karena gempa susulan pas saya sedang mandi mau persiapan salat Magrib. Sedikit kedengaran suaranya 'gubrak', tapi saya pikir bukan rumah saya," ujarnya, Minggu (16/1/2022).
Setelah selesai mandi, sambung Agus, dirinya terperanjat melihat beberapa dinding rumah telah hancur, bolong ambruk ke tanah.
"Saya kaget, rumah saya ambruk. Langsung saya lari buru-buru keluar rumah takut ambruk lagi tertimpa bangunan. Sesampainya di luar ternyata para tetangganya sudah ramai di sekitar rumahnya," tuturnya yang hanya mengenakan handuk saat itu.
Baca Juga:
Buntut Kritik Proyek PSN PIK 2, Said Didu Dipolisikan
Meski begitu, saat terjadi gempa pertama, Agus tidak mengetahuinya, dan bahkan menurutnya tidak terasa. Agus mengaku bersyukur selamat dari gempa tersebut.
"Tetangga saya udah ramai pas saya keluar dari kamar mandi, kelihatan tuh rumah saya terang karena dindingnya roboh. Gempanya mungkin nggak dirasakan, tapi rumah saya merasakannya, jadi terjadi kaya gini (roboh, red). Tapi Alhamdulillah-nya saya selamat, karena dinding kamar mandi saya saat itu tidak ikut roboh," imbuhnya.
Pria 56 tahun ini mengaku sangat mengharapkan bantuan dari pemerintah. Saat ini, ada tiga ruangan rumahnya temboknya hancur.
Setelah kejadian, Agus menuturkan bahwa dirinya belum melakukan renovasi. Dia hanya membersihkan sisa-sisa puing yang berserakan dan memisahkannya jika masih bisa terpakai.
"Saat ini bantuan sudah saya terima dari pihak swasta berupa semen dan pasir, namun dari pemerintah belum karena masih diproses. Sampai saat ini belum saya renovasi, karena pertama masih kurang bahannya, dan kedua saya tidak berani karena bukan ahlinya. Ruang tamu dan dua kamar tidur tembok rumah saya hancur jadi terbuka," keluhnya.
Agus membeberkan bahwa yang tinggal di rumah tersebut hanya dirinya sendiri. Ketiga anaknya pergi merantau untuk bekerja, dan ada yang sudah berkeluarga.
Menurut dia, gempa Jumat lalu tidak hanya membuat tembok rumahnya hancur, tetapi juga ada retakan yang terjadi di beberapa sisi tembok.
"Saya sendiri di sini tinggalnya. Anak saya tiga ada di rumahnya masing-masing. Cuma yang lain pada retak-retak sih ada, boleh dilihat aja itu," tuntasnya. [qnt]