"Kita harus bayar sewa lahan, beli bibit, beli pupuk, beli obat, dan bayar orang untuk bantu menggarap, dan bayar orang untuk bantu menjaga kalau padinya mau dipanen biar enggak dimakan burung. Pokoknya susah-susah juga," katanya.
Baca Juga:
Gubernur DKI Pramono Anung Setujui ASN Provinsi Jakarta Terapkan Sistem WFH
Lahan Menyusut
Selama menjadi petani di Jakarta, ia melihat ladang sawah di Rorotan kian menyusut akibat pembangunan gedung-gedung besar dan perluasan permukiman warga.
"Dulu lahan sawah ini sangat besar (luas), tapi setiap tahun ada pembangunan makanya berkurang. Dulu itu sekitar 60-an hektare, tapi sekarang mungkin cuma 30-an saja," kata Kandeg.
Baca Juga:
20 Kader PDIP jadi Pejabat Eselon II Hasil Main Curang, Pimpinan DPRD Jakarta Diduga Terlibat
Ia menyebutkan, pembangunan yang memaksa sawah di sana semakin menyusut itu selalu datang secara tiba-tiba.
Namun, para petani tak berdaya.
"Tapi kan rata-rata semua ladang ini milik perusahaan, jadi kalau ada lahannya dibeli untuk pembangunan, kita petani ini mau buat apa?" ujarnya.