Sebagai tuan rumah, Marjeuni, S.Ag, Kepala MTs Nahdlatul Wathan Pangsor Gunung juga sangat mengapresiasi adanya kegiatan ini. Marjeuni menjelaskan bagaimana kondisi sekolah sebelum dan sesudag terjadinya gempa bumi di daerah Sembalun pada 2018 lalu.
Dia berharap dengan kehadiran SKSG UI, sekolah ini bisa bangkit seperti sedia kala dan edukasi terkait pencegahan pernikahan dini juga bisa memberi efek positif bagi semua.
Baca Juga:
Pemkab Lebak Ajak Masyarakat Cegah Pernikahan Dini untuk Kurangi Dampak Buruk
"Alhamdulillah, kami sangat bersyukur atas kehadiran SKSG UI. Dengan adanya edukasi ini, besar harapan angka pernikahan dini tidak meningkat. Semoga pendidikannya yang tinggi dan siswa-siswa di sini bisa melanjutkan ke jenjang perkuliahan seperti bapak dan ibu dosen-dosen ini," harap Marjeuni.
Ketua Tim Pengabdi, Muhammad Syaroni Rofii, Ph.D memaparkan bila pendidikan adalah suatu hal yang penting. Dia berharap, baik siswa, santri dan santriwati lebih dulu fokus pada pendidikan dibanding harus melakukan pernikahan dini.
Pria yang akrab disapa Roni ini lalu bercerita perjalanan hidupnya dari usia belia hingga lika-likunya bisa menempuh S-3 di Turkey. Dari pengalaman tersebut, Syaroni ingin menjelaskan bagaimana ilmu bisa meninggikan derajat seseorang.
Baca Juga:
Kaltara Lindungi Hak Anak dengan Upaya Pencegahan Perkawinan Dini
"Lulusan SMP dengan lulusan S-1 jelas berbeda bagaimana cara berpikirnya. Maka, tidak heran di Indonesia maupun di negara tetangga, strata sosial seseorang salah satunya bisa dilihat dari pendidikannya," jelas Syahroni.
Dia lalu menambahkan bahwa pendidikan seseorang berpengaruh terhadap arah sosial ke depan. Pernikahan dini yang marak terjadi pun, salah satunya terjadi karena angka putus sekolah yang tinggi.
Ketika seseorang fokus terhadap studi, maka kecil peluang untuk melakukan pernikahan dini. Dalam edukasi ini Syahroni tak lupa mengingatkan bahwa ada banyak bahaya dan dampak dari pernikahan dini seperti stunting yang mungkin terjadi dan angka perceraian yang tinggi.