"Dia memaki saya di depan orang ramai, ia bercarut (memaki paling kasar di Sumatera Barat), ampeklah katanya, itu banyak saksi yang mendengar, ada pihak keamanan rumah sakit juga," kata Wahyu.
Wahyu mencoba mengingatkan mitra di lapangannya itu, tapi kembali tak digubris, bahkan bersikap menantang.
Baca Juga:
33 Prajurit TNI Terlibat Penyerangan di Desa Selamat, Panglima Kodam I Sampaikan Rasa Duka Mendalam
"Ya, saya percarutkan kamu, mau apa kamu, kata dia, Okelah kata saya, tak mau terpancing," ujarnya pula.
Lalu wartawan ini pun pergi dari RS, melanjutkan liputan ke lapangan kantin, hingga bertemu dengan teman lain yang meliput di tempat kejadian.
Mengetahui teman seprofesinya diintimidasi dan dimaki, sejumlah wartawan menanggapi pelecehan profesi ini dengan berkoordinasi.
Baca Juga:
Kisruh di Deli Serdang: 33 Oknum TNI Diduga Serang Warga, Komisi I DPR Desak Proses Hukum
"Ini sudah kelewatan, selama ini wartawan diam disangka takut, saya setuju kita lanjutkan masalah ini," kata Yursil, wartawan Haluan.
"Mari kita temui Dandim, biar Dandim yang panggil oknum tersebut di hadapan wartawan, dan Dandim harus mengambil sikap agar tidak ada lagi personel yang melanggar kebebasan pers, sebagai efek jera, memang harus diberitakan secara jor-joran," kata Akhmad Ikhsan, reporter RRI Bukittinggi, menambahkan.
Jurnalis lain menyebut, ulah serupa tak hanya kali ini terjadi.