WahanaNews.co | Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag), Kasan bersama Sekda Kota Blitar Priyo Suhartono meninjau langsung ketersediaan dan harga sejumlah kebutuhan pokok di pasar Pon, Kota Blitar.
Dalam peninjauan ini mendapati harga sejumlah kebutuhan pokok yang meningkat jelang hari Natal dan Tahun Baru 2023 (Nataru).
Baca Juga:
Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, Kemendag: Pada 2025, Ekspor Perlu Tumbuh 7-10 Persen
Salah satunya adalah telur dan daging ayam. Menurut Kasan, harga daging ayam yang naik hingga Rp 32 ribu per kilogramnya tidak memberatkan konsumen.
Dirjen Perdagangan menyebut bahwa peningkatan harga daging ayam itu terbilang wajar karena HPP juga cukup tinggi.
“Dari tadi beberapa harga kita pantau. Harga ayam tadi Rp 32 ribu. Harga tersebut tidak terlalu memberatkan para konsumen,” Kata Kasan, Sabtu (17/12/2022).
Baca Juga:
Cumi Beku dan Produk Rumput Laut Indonesia Jadi Primadona di Pameran Boga Bahari Korea Selatan
Pernyataan diungkapkan setelah Dirjen Perdagangan Kemendag berbincang dengan para pedagang di pasar Pon Kota Blitar. Menurut Kasan, peningkatan ini terjadi akibat tingginya permintaan jelang Naaru.
Sementara itu untuk ketersediaan telur dan daging ayam, Dirjen Perdagangan Kemendag menyatakan masih cukup aman untuk memenuhi kebutuhan konsumen selama Nataru.
“Kalau soal stok telur dan daging ayam untuk nasional aman. Nah sekarang yang jadi pemicu kenaikan harga ini adalah tingginya permintaan,” kata Kasan.
Selain daging ayam, harga kebutuhan pokok yang ikut naik adalah telur ayam. Menurut Kasan, harga telur ayam ini hanya mengalami sedikit peningkatan, yakni seribu hingga dua ribu rupiah per kilogramnya.
Harga telur ayam di Kota Blitar mencapai harga Rp 30 ribu per kilogramnya. Harga tersebut telah bertahan selama beberapa pekan terakhir.
“Memang untuk harga telur ayam salah satunya yang kami pantau secara langsung, tadi informasi dari pedagang disini harga telur ayam Rp 30 ribu. Naik seribu hingga dua ribu rupiah per kilogramnya,” imbuhnya.
Pernyataan Dirjen Perdagangan Kemendag itu bertolak belakang dengan pendapat masyarakat mengenai harga kebutuhan pokok jelang Nataru. Salah satunya warga yang tidak setuju dengan pendapat Dirjen Perdagangan Kemendag itu adalah Martina.
Menurut perempuan yang memiliki usaha kue ini, peningkatan harga telur dan daging ayam ini sangat memberatkan. Martina berpendapat bahwa peningkatan harga telur ayam jelang hari raya Natal ini membuat biaya produksi membengkak. Akibatnya keuntungan yang dikantongi oleh pengusaha kue itu pun berkurang hingga 10 persen.
Ibu rumah tangga tersebut juga mengeluhkan membengkaknya biaya belanja akibat terus meningkatnya harga daging ayam yang mencapai Rp 32 ribu per kilogram.
“Ya jelas memberatkan, biaya jadi membengkak akibat semua naik, telur harganya juga terus meningka, biaya produksi kue jadi membengkak,” katanya.
Bukan hanya konsumen, penjual daging dan telur ayam di Kota Blitar pun juga mengeluhkan naiknya harga. Menurut pedagang naiknya harga telur dan daging ayam membuat penjualan telur sedikit berkurang.
Modal yang dikeluarkan oleh pedagang pun juga ikut meningkat akibat meningkatnya harga telur dan daging ayam dari peternak.
“Ya membengkak semua, untuk modal naik luar biasa, makanya tidak berani dan tidak mampu membeli telur dan daging ayam dalam jumlah besar. Karena modalnya banyak sekarang,” kata Tina Windari, salah satu pedagang. [ast]