WAHANANEWS.CO, Jakarta - Dua wilayah di Sumatera Utara diguncang gempa berkekuatan di atas 5 magnitudo pada Selasa (18/3/2025) pagi.
Guncangan terjadi dalam selisih waktu satu menit, menyebabkan kepanikan di kalangan warga yang terbangun dari tidur mereka.
Baca Juga:
Dipicu Subduksi Lempeng dan Sesar Aktif, BMKG Catat 13 Gempa dalam Sepekan di Sumbar
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan gempa pertama terjadi di Tapanuli Utara pada pukul 05.22 WIB dengan kekuatan 5,5 magnitudo.
Pusat gempa berada di koordinat 1.99 LU, 99.12 BT, atau sekitar 17 kilometer Tenggara Tapanuli Utara, dengan kedalaman yang belum disebutkan dalam laporan awal.
Hanya satu menit berselang, gempa kedua mengguncang Mandailing Natal pada pukul 05.23 WIB.
Baca Juga:
Sebelum Ambles Hingga Satu Meter, Warga di Jalan Cimanggis Depok Sempat Rasakan Getaran
Gempa tersebut berkekuatan 5,1 magnitudo, dengan pusat gempa berada di koordinat 0.47 LU, 98.93 BT, atau sekitar 83 kilometer Barat Daya Mandailing Natal, pada kedalaman 109 kilometer.
Meskipun gempa dirasakan cukup kuat di kedua wilayah, BMKG memastikan bahwa tidak ada potensi tsunami akibat peristiwa ini.
Namun, warga di beberapa daerah melaporkan merasakan getaran yang cukup signifikan hingga membuat mereka bergegas keluar rumah untuk menyelamatkan diri.
Dampak dan Respons Warga
Sejumlah warga di Tapanuli Utara dan Mandailing Natal mengaku terkejut dengan gempa yang terjadi berdekatan ini.
Beberapa laporan menyebutkan adanya barang-barang yang jatuh dari rak di rumah warga serta kaca jendela yang bergetar keras akibat guncangan.
Pemerintah daerah dan tim penanggulangan bencana saat ini tengah melakukan asesmen terhadap kemungkinan dampak kerusakan di kedua wilayah tersebut.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada laporan resmi mengenai korban jiwa atau kerusakan bangunan yang signifikan.
BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi gempa susulan.
Warga di sekitar pusat gempa juga diingatkan untuk selalu memperbarui informasi dari sumber resmi guna menghindari kepanikan akibat berita yang tidak terverifikasi.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]