Hal ini berpengaruh terhadap
pelayanan publik dan penggerakan ekonomi.
"Penduduk kami banyak (hampir 50 juta jiwa) tapi daerah yang mengelolanya sedikit, hanya 27 daerah. Berbeda dengan (misalnya) Jawa Timur dengan jumlah penduduk 40 juta jiwa dikelola oleh 38 daerah. Sementara (selama ini) anggaran berbanding lurus dengan jumlah daerah, bukan jumlah penduduk," kata Emil.
Baca Juga:
Mengenal Kota Bandung Lewat Sejarah Hingga Pariwisatanya
Maka, menurut Emil, pemekaran
wilayah menjadi salah satu solusi dalam upaya meningkatkan pembangunan daerah
di Jabar.
"Jadi ada hal-hal yang sedang
kami perjuangkan dari sisi pelayanan publik dan ekonomi secara politik yaitu
pemekaran wilayah. Jadi kami berharap Jabar idealnya memiliki lebih dari 40
daerah (kabupaten/kota)," kata Emil.
Selain bicara dinamika
pembangunan, Emil turut memaparkan keunggulan Jabar sebagai rumah bagi para
investor sektor manufaktur.
Baca Juga:
Tarif Tak Cocok, Pelanggan Habisi PSK di Apartemen Bandung
Ia menjelaskan, alasan Jabar
diminati investor antara lain karena infrastruktur Jabar dibanding daerah
lainnya dianggap terbaik sebagai pendukung investasi serta SDM yang sangat
produktif.
"Jadi dari 100 persen
industri (yang ada) di Indonesia, 60 persen memilih (lokasi) di Jabar. Ini
salah satu keunggulan kami. Setiap tahun investasi yang datang ke Indonesia
nomor satunya selalu ke Jabar sehingga kami terus meningkatkan pelayanan agar
investasi manufaktur itu tetap ke Jabar," tuturnya.
Selain itu, pariwisata dan
pertanian juga menjadi sektor unggulan Jabar. Sementara pascapandemi Covid-19
yang turut berdampak terhadap ekonomi Jabar, Emil berujar pihaknya mengusung
tujuh potensi ekonomi regional baru di Jabar.