Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya strategi penanggulangan TB yang komprehensif, mulai dari penemuan kasus, dukungan pengobatan, hingga optimalisasi peran Pendamping Minum Obat (PMO).
Azhar mengingatkan masyarakat agar tidak mendiskriminasi pasien TB, terutama yang sudah menjalani pengobatan.
Baca Juga:
Redistribusi Lahan 2025: Garut Tetapkan 1.911 Bidang Tanah dalam Sidang GTRA
"Kalau orang ini sudah kita temukan, sudah diobati selama dua minggu, maka sebenarnya dia sudah tidak menular lagi," tegasnya.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Garut, Nurdin Yana, menyambut baik peluang pengembangan klinik ini menjadi rumah sakit di masa depan.
Menurutnya, dengan jumlah penduduk mencapai 2,8 juta jiwa, Garut masih kekurangan fasilitas layanan rujukan kesehatan, terutama jumlah tempat tidur rumah sakit.
Baca Juga:
"Champion Horse Racing 2025" Diharapkan Cetak Atlet Pacuan Kuda Garut Bertaraf Nasional dan Internasional
"Betul yang disampaikan Bu Dokter Leli, beberapa persebaran penyakit yang ada di Kabupaten Garut, nampak-nampaknya juga harapan kami kalau ini jadi rumah sakit tentu di sini komponen-komponen pemangku kepentingan lainnya akan bertambah. Sehingga pada akhirnya akan berbagi tugas barangkali," tutur Nurdin Yana.
Ia menilai jika fasilitas ini berkembang menjadi rumah sakit dengan layanan spesialis paru, maka kehadirannya juga dapat mendukung percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Garut.
"Melihat kondisi itu di Rumah Sakit dr. Slamet, nampak-nampaknya akan lebih representatif jika ini diubah menjadi rumah sakit. Tentu dengan catatan melebarkan wilayah, yang ada sekitar 3 hektar di belakang. Sehingga masyarakat kami Insyaallah siap diayomi. Bahkan mungkin saja bisa membantu dalam konteks penanganan AKI/AKB kami yang cukup besar sampai hari ini pak," tambahnya.