"Pengetahuan yang berbeda misalnya diberi tahu untuk mengurangi batang-batang pohon kopi, supaya nantinya tumbuh tunas-tunas baru," kata dia.
Hamparan pohon kopi yang berusia 3-5 tahun
Baca Juga:
Indeks Penjualan Riil Naik, Konsumsi Makanan dan Rekreasi Jadi Penopang
Kepala Perwakilan BI Sibolga, Riza Putera mengatakan, ada 16 kabupaten/kota yang menjadi cakupan binaan Bank Indonesia, dan pengembangan UMKM kopi menjadi salah satu unggulan. Ada lima pilar yang didukung, yakni peningkatan ekonomi melalui UMKM, pengembangan komoditas unggulan, pariwisata, ekonomi digital, hingga pemasaran.
"Kami melihat salah satu komoditas unggulan adalah di kopi, karena di sini sudah ada kopi mandailing dan juga kopi lintong yang potensinya sangat besar. Kami di Kantor Perwakilan BI Sibolga melihat pengembangan kopi harus dimulai dari sisi hulu yakni ketersediaan produksinya kemudian sisi hilirnya," ujar Riza.
Dari sisi hulu, Bank Indonesia melakukan pendampingan untuk pengembangan luas lahan dan pemberian bibit, petani pun dibina untuk menerapkan cara pertanian yang baik. Sehingga mereka tidak hanya mengandalkan pembibitan secara alami, melainkan dilakukan secara terukur dan meningkatkan produktivitas.
Baca Juga:
BI Hadirkan QRIS Tap In-Tap Out, Bayar MRT hingga KRL Kini Cukup Tempel Ponsel
Riza juga menegaskan, selain produktivitas, yang terpenting dari pengembangan kopi adalah menjaga kualitas rasa.
"Kalau ditanam begitu saja, pohon kopi memang akan tumbuh dan menghasilkan tapi tidak maksimal, mungkin 700-800 kg per hektar/tahun. Tapi kalau kita terapkan gap yang benar, kemudian syarat dari tumbuhnya, lingkungannya diperhatikan itu tumbuhnya bisa 1,5 ton per hektar/tahun. Jadi potensinya masih sangat besar," kata dia.
[Redaktur: Alpredo Gultom]