WahanaNews.co | Mulai dari kernet, sopir, hingga
pengusaha transportasi mengalami kerugian besar dengan larangan beroperasinya
bus membawa penumpang.
Mudik
Lebaran yang seharusnya menjadi "musim panen" bagi mereka, berlalu begitu saja.
Baca Juga:
Operasi Larangan Mudik Usai, Berganti Fase Pengetatan 18-24 Mei
Di pool bus Makmur dan Himalaya, di
Jalan Sisingamangaraja, Kota Medan, Sumatera Utara, pada Selasa (4/5/2021) siang, begitu
lengang.
Sangat
berbeda dengan beberapa hari sebelumnya.
Hanya
ada dua bus yang terparkir di tempat tersebut.
Baca Juga:
Diminta Putar Balik di Cilegon, Perempuan Ini Ngamuk
Sebelumnya,
kedua bus tersebut membawa sejumlah penumpang dari Pekanbaru, Riau.
Humas
PT Makmur, Tinton Hutapea, ketika ditemui wartawan di lokasi, menjelaskan, hari Selasa (4/5/2021) adalah
hari terakhir bus Makmur memberangkatkan penumpang ke Pekanbaru, Riau.
Jumlah
penumpangnya pun hanya sekitar 100 orang.
Jumlah
itu sangat kecil dibandingkan pada Lebaran sebelum masa pandemi, yang
bisa mencapai ribuan orang.
"Hari
ini terakhir. Setelah tanggal 6, semua bus digudangkan. Pemudik, enggak ada sama sekali.
Biasa sepi. (Yang ada) dari Riau ke Medan. Lumayan ramailah. Tapi kalau
pengiriman barang ke Pekanbaru, Dumai, Kerinci, itu lumayan. Ada lonjakan
sekitar 60 persen selama 2 hari ini," katanya.
Berharap pada Ekspedisi Barang
Tinton
menjelaskan, pihaknya sudah sejak jauh hari menolak keberangkatan pemudik di
atas tanggal 6-17 Mei.
"Paling
kita berharap di ekspedisi (barang) ajalah. Enggak ada lagi yang lain. Motor
(bus) kita enggak jalan. Keluhan, sudah pastilah. Cuma mau gimana. Kalau motor
enggak jalan, otomatis pendapatan berkurang," ujarnya.
Dia
menuturkan, sebelum masa pandemi, jumlah penumpang mudik mencapai ribuan orang.
Kemudian, saat
pandemi, pada tahun 2020, turun 70-80 persen.
Ditambah
lagi tahun lalu, selama 3 bulan tidak ada operasional sama sekali.
"Dulu,
penumpang 1.000-an. Sekarang, ya untuk dapat 100 orang saja sangat bersyukur
kita," ucap Tinton.
Dia
mengungkapkan, PT Makmur memiliki 50-an armada.
Jumlah
sopir, kernet, dan lainnya sekitar 200 orang.
Kesemuanya
terpaksa menganggur, lantaran adalarangan beroperasi.
"Nasib
mereka, ya enggak jalan. Cuma pimpinan pasti ada perhatiannya. Umumnya mereka
itu kan pegawai lepas. Kalau berangkat baru ada uang. Tak ada berangkat ya tak
ada," katanya.
Penumpang Pilih Mudik Lebih Awal
Seorang
penumpang, Ali Gepeng Rambe, mengatakan, dia bersama keluarganya berangkat pada
Senin (3/5/2021), dari Aceh menuju Pekanbaru, dan transit di Medan.
Dia
terpaksa lebih cepat mudik, karena mengetahui ada larangan transportasi membawa pemudik
mulai 6-17 Mei.
Dia
sudah memimpikan mudik sejak setahun lalu.
"Tahun
lalu tak bisa mudik, karena namanya Covid ada larangan. Adapun tahun ini boleh
mudik dengan catatan mematuhi aturan pemerintah sebelum 6-17 Mei boleh mudik.
Hari ini terakhir. Nanti kami berangkat jam 6 sore dan jam 7 pagi sudah sampai
di sana," katanya.
Belum Lunas, Harus Ngutang Lagi
Ditemui
di gudang bus Makmur di Jalan STM, Oscar Sitanggang tampak sibuk memperbaiki
kaca spion bus yang bagian besinya berkarat.
Dia
mengikat di beberapa bagian dengan kawat dan direkatkannya dengan tang.
Dia
mengaku sudah bekerja di bus Makmur sebagai kernet sejak 1985.
Ketika
ditanya apa beda musim mudik sebelum pandemi dengan saat pandemi seperti
sekarang ini, menurutnya perbedaan itu sangat
terasa.
"Sakitlah.
Beda kali (dengan sebelum pandemi). Harapannya ada dikasih bantuanlah. Tahun
lalu ada dari perusahaan. Sembako dan uang setiap hari Rp 100.000,"
tuturnya.
Sementara
itu, Berlin Gultom pada hari ini akan menjalankan bus terakhir sebelum menjadi "penganggur" selama
dua minggu.
Biasanya,
dia membawa bus hampir setiap hari ke Pekanbaru.
"Iya
ini mau ke Pekanbaru. Hari terakhir bekerja karena dari tanggal 6 sampai 17 Mei
tak boleh operasional. Jadi setelah tanggal 6 kita nganggur lagi,"
katanya.
Ia
mengatakan, larangan operasional selama larangan mudik ini sangat memberatkan
semua yang bekerja di sektor transportasi mulai dari kernet, sopir, sampai
pengusaha.
Pandemi
tahun lalu, bus tak beroperasi selama 3 bulan, dimulai sebelum memasuki bulan
puasa.
"Sekarang
ini, 2 minggu sebelum Lebaran diberhentikan. Jadi sangat kecewa. Ibarat padi,
ini panen. Ada rezeki lebih dari hari biasanya. Dulu banyak cara kami lakukan,
jual barang, utang, dan belum terbayar utang itu, belum lunas, udah harus
berutang lagi. Tak tahulah ekonomi hari esok," katanya.
Sebagaimana
diketahui, pemerintah telah menetapkan larangan mudik Lebaran 2021 mulai 6-17
Mei 2021.
Warga
dilarang mudik atau bepergian ke luar kota pada periode tersebut guna
meminimalisasi penularan Covid-19. [qnt]