Dalam kesempatan ini, Khofifah menuturkan, capaian pembangunan Jawa Timur terus menunjukkan tren positif. Pada triwulan II tahun 2025, pertumbuhan ekonomi Jatim mencapai 5,23 persen (yoy), lebih tinggi dari rata-rata nasional sebesar 5,12 persen. Angka ini sekaligus menjadi pertumbuhan tertinggi di Pulau Jawa secara quarter-to-quarter (3,09 persen).
Pertumbuhan ekonomi ini ditopang oleh sektor investasi, yang pada 2024 mencapai Rp147,3 triliun, tertinggi dalam satu dekade terakhir. Capaian ini menegaskan peran Jawa Timur sebagai lokomotif pembangunan nasional.
Baca Juga:
Dukungan Daerah Mengalir, PLN Terus Perluas Program Light Up The Dream hingga Wilayah 3T
Selain itu, peningkatan ekonomi juga diiringi dengan penurunan angka kemiskinan. Per Maret 2025, tingkat kemiskinan Jatim turun menjadi 9,5 persen, dan kemiskinan ekstrem berhasil ditekan hingga 0,66 persen.
“Capaian ini adalah hasil kerja keras bersama, dan bukti nyata bahwa pembangunan di Jatim semakin inklusif,” ungkap Khofifah.
Sebagai provinsi dengan 4.716 desa mandiri terbanyak di Indonesia, Jawa Timur terus memperkuat ekonomi kerakyatan melalui program Koperasi Desa Kelurahan Merah Putih (KDKMP) yang kini telah terbentuk di 8.494 titik.
Baca Juga:
Budi Gunawan Harap HUT ke-80 RI Jadi Momentum Bangkitkan Semangat Nasionalisme
“Desa adalah akar kekuatan ekonomi rakyat. Dari desa, kita membangun kemandirian dan ketahanan bangsa,” tambahnya.
Di sektor pangan, Jawa Timur menegaskan diri sebagai Lumbung Pangan Nasional. Berdasarkan BPS, prediksi produksi padi di Jatim pada Januari November 2025 mencapai lebih dari 12 juta ton GKP, tertinggi di Indonesia. Hal ini seiring dengan luas tambah tanam hingga 1,571 ha, yang merupakan tertinggi di Indonesia juga.
“Beras dari petani Jawa Timur telah menjadi sumber pangan bagi 21 provinsi di Indonesia,” katanya bangga.