WAHANANEWS.CO, Jakarta – PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi (UID) Aceh terus memastikan pasokan listrik tetap tersedia bagi masyarakat meskipun pemulihan sistem kelistrikan pascabencana banjir bandang dan tanah longsor sejak akhir November 2025 belum sepenuhnya rampung.
Dalam kondisi darurat tersebut, PLN memilih strategi menjaga nyala listrik secara terbatas agar Aceh tidak mengalami pemadaman total, sembari menyelesaikan pekerjaan krusial di sisi transmisi dan interkoneksi.
Baca Juga:
Bupati Dairi Launching Aplikasi Simpelaja dan E-Sada
Manajer Komunikasi PLN UID Aceh, Lukman Hakim, menjelaskan bahwa pemulihan dilakukan bertahap dengan tetap mengutamakan keselamatan petugas yang bekerja di lapangan dengan medan ekstrem dan cuaca yang tidak menentu.
“Kami terus berupaya maksimal dan mendoakan seluruh petugas di lapangan tetap aman dan sehat dalam menjalankan tugas,” ujar Lukman mengutip tayangan RRI Banda Aceh Pro 1, Senin (15/12/2025).
Ia mengatakan, PLN belum dapat memastikan tanggal pasti normalnya kembali seluruh pasokan listrik di Aceh karena masih terdapat pekerjaan vital yang menentukan kestabilan sistem secara menyeluruh.
Baca Juga:
Proyek APBN 2025 BWSS II Medan di Dairi Diduga Dikerjakan Asal Jadi
“Terkait waktu pasti penyalaan, kami belum bisa menyampaikan tanggalnya,” kata Lukman.
Namun demikian, PLN tetap menargetkan pemulihan dapat diselesaikan dalam waktu dekat sesuai dengan arahan Presiden Prabowo Subianto agar pasokan listrik di Aceh kembali normal dalam pekan ini.
“Harapannya, dalam pekan ini listrik di Aceh dapat kembali normal,” ujarnya.
Saat ini, fokus utama PLN adalah penyelesaian pembangunan tower emergensi pada ruas transmisi Pangkalan Brandan–Langsa yang menjadi penghubung utama interkoneksi listrik Aceh dengan Sumatera Utara.
“Saat ini pembangunan tower emergensi sudah pada tahap penarikan kabel di area Pangkalan Brandan dan Langsa,” ujar Lukman.
Ia mengungkapkan bahwa tantangan di lapangan cukup besar karena lokasi pembangunan berada di area ekstrem dengan kondisi tanah berlumpur akibat hujan lebat yang mengguyur kawasan tersebut.
“Lokasinya cukup ekstrem dan tadi malam diguyur hujan lebat sehingga menimbulkan lumpur tebal,” katanya.
Meski demikian, PLN mencatat progres pemulihan jaringan distribusi di wilayah terdampak bencana telah mencapai sekitar 90 persen, sehingga sebagian besar sistem distribusi sebenarnya sudah siap dioperasikan.
“Pekerjaan jaringan distribusi sudah hampir rampung,” ucap Lukman.
Kendala utama saat ini terletak pada penyelesaian tower darurat yang berfungsi memulihkan interkoneksi sistem kelistrikan Aceh secara menyeluruh dengan Sumatera Utara.
“Tower ini dibangun untuk memulihkan interkoneksi Aceh dengan Sumatera Utara,” kata Lukman.
Ia menjelaskan, setelah interkoneksi pulih, PLN dapat kembali menyalakan PLTU Nagan Raya yang menjadi tulang punggung pasokan listrik Aceh.
“Jika sudah pulih, maka penyalaan PLTU Nagan Raya bisa kembali dilakukan,” ujarnya.
PLTU Nagan Raya nantinya akan menyuplai listrik ke 23 gardu induk di seluruh kabupaten dan kota di Aceh yang mencakup 558 penyulang dan sekitar 15 ribu gardu distribusi.
Sambil menunggu rampungnya tower emergensi tersebut, PLN memberlakukan pemadaman listrik secara bergilir sebagai langkah pengelolaan beban agar sistem tetap stabil.
Pasokan listrik saat ini masih mengandalkan sejumlah pembangkit dengan kapasitas terbatas untuk memastikan Aceh tetap menyala dan tidak mengalami blackout total.
“Kami masih melayani dari Nagan 1 dengan kapasitas 20 megawatt, Arun 130 megawatt, serta PLTD Lueng Bata yang sudah maksimal di angka 14 megawatt,” ujar Lukman.
Dengan kapasitas tersebut, PLN harus membagi beban listrik ke seluruh wilayah Aceh secara proporsional agar pasokan tetap tersedia bagi masyarakat.
“Dengan sumber daya yang ada, beban listrik seluruh Aceh harus dibagi sehingga penyalaan listrik dilakukan secara bergilir,” katanya.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina].