Ia menilai, klaim kebebasan berekspresi sering kali dijadikan tameng untuk perilaku yang sebenarnya merugikan banyak pihak.
“Ketika satire kehilangan konteks dan tujuannya hanya untuk sensasi, maka yang lahir bukan lagi kritik sosial, melainkan bentuk perundungan yang dibungkus kreativitas semu,” ujar Prasanti.
Baca Juga:
Samapta Polres Simalungun Sukses Amankan Ibadah Perayaan Paskah di 10 Gereja Prioritas
Ia menambahkan bahwa konten seperti ini menjadi bahaya laten di tengah derasnya arus digital, karena bisa dengan cepat membentuk opini publik yang keliru.
Saif Hola sendiri telah melakukan klarifikasi di hadapan organisasi masyarakat Habar Kalimantan Tengah (HKT) dan LSM LPMT Kalteng.
Dalam pertemuan itu, ia mengaku tak memiliki niat untuk merendahkan Gubernur Agustiar Sabran dan telah meminta maaf secara terbuka kepada beliau maupun masyarakat Kalteng.
Baca Juga:
Dugaan Pelecehan Seksual Dokter di Malang, Korban Resmi Lapor Polisi
Ia juga berjanji akan membuat video permintaan maaf dan menyebarkannya melalui platform media sosial yang sama.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.