Di Bali
sendiri, perayaan Hari Raya Nyepi didasarkan pada petunjuk lontar Sundarigama dan Sanghyang Aji Swamandala.
Menurut
orang Bali, dari sisi teologi atau filsafat agama (tatwa), bicara
ritual Nyepi dalam makna "catur bratha penyepian" jelas bersifat wajib
dilaksanakan umat Hindu.
Baca Juga:
Menteri PMK Hadiri Tawur Agung Kesanga di Candi Prambanan Yogyakarta
Ritus
ini bukan hanya dipandang sebagai tradisi turun-temurun belaka, tapi juga
termaknai dalam kitab suci Weda.
Dalam
Yajur Weda XIX 30 dinyatakan: "Pratena
Diksam Apnoti, Diksaya Apnoti Daksina. Daksina Sradham Apnoti, Sraddhaya Satyam
Apyate".
Artinya,
bahwa saat seseorang menjalankan praktik bratha
(asketisme), maka ia bisa mencapai diksa,
yaitu penyucian diri.
Baca Juga:
Langgar Aturan Nyepi di Bali, Polisi Tahan 2 WN Polandia
Sementara
dengan diksa, seseorang akan mencapai
daksina, yaitu kehormatan, dan
dengan daksina seseorang mencapai sraddha, yaitu keyakinan. Dan melalui sraddha, orang dapat mencapai kebenaran sejati.
Demikianlah,
kira-kira, makna sakral dari ritus Nyepi bagi orang Bali.
Menurut
kosmologi orang Bali, alam semesta (makrokosmos) itu terdiri tiga susunan,
yakni bhur loka, bhuwah loka, dan swah loka.