Upacara
Tawur Kesanga disebut juga dengan pangrupukan atau tawur agung.
Ritual
ini diselenggarakan sehari sebelum ritual Nyepi, tepatnya saat tilem sasih kasanga (bulan mati yang kesembilan).
Baca Juga:
Menteri PMK Hadiri Tawur Agung Kesanga di Candi Prambanan Yogyakarta
Saat
itu, dilakukanlah upacara Bhuta
Yadnya. Ritus ini ialah memberikan persembahan (mecaru) pada Bhuta Kala
di alam bawah atau bhur loka.
Tujuan
upacara ini ialah menjaga keseimbangan alam semesta (bhuana agung) maupun diri manusia (bhuana alit) dari gangguan Bhuta
Kala.
Pada
momen ini, dilakukan ritual pangrupukan,
yaitu menyebar-nyebar nasi tawur,
mengobori-obori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan memukul
kentongan hingga gaduh.
Baca Juga:
Langgar Aturan Nyepi di Bali, Polisi Tahan 2 WN Polandia
Tahapan
ini dilakukan untuk mengusir Bhuta Kala
dari lingkungan rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar.
Saat
ritual ini, ada ogoh-ogoh yang
menjadi bagian dari kekayaan tradisi lokal Bali. Ogoh-ogoh biasanya berwujud seperti raksasa.
Mata melotot dan mulut menganga.
Secara
simbolis, ogoh-ogoh ialah manifestasi
dari anasir Bhuta Kala dan bhur loka, diarak berkeliling dari satu
banjar ke banjar yang lain hingga menjelang matahari terbit.