Selain itu Fauzan juga menduga ada proses keluarnya kandungan gas alam yang masih terjadi di dalam danau, lantaran Danau Maninjau terbuat dari aktivitas vulkanik gunung api.
"Secara alamiah danau maninjau mengeluarkan belerang karena terbentuk oleh gunung berapi. Walaupun gunung api tidak aktif lagi tapi sisanya masih ada dan proses pengeluran gas juga masih ada," ujar Fauzan.
Baca Juga:
Pemerintah Aceh Bagikan 7,5 Ton Ikan Segar Cegah Inflasi dan Stunting
Menurutnya, jika ekosistem danau tak banyak diganggu oleh aktivitas manusia seperti ternak ikan karamba, maka air danau sebenarnya susah untuk menjadi buruk.
Sejak akhir tahun 80-an, Fauzan menyebut banyak masyarakat yang ternak ikan untuk kebutuhan ekonomi. Praktik kian menjamur, hingga puncaknya pada 2016 sampai 2018-an hasilkan 20 ribu karamba.
Kemudian setelah maraknya pertumbuhan karamba oleh masyarakat, para peneliti menyarankan batas maksimal karamba jaring apung. Yaitu sebanyak 6 ribu karamba.
Baca Juga:
Program Makan Gratis, Menteri KKP: Menu Ikan Harus Disesuaikan dengan Wilayahnya
Batas maksimal itu disebut Fauzan untuk menjaga ekosistem danau, agar tak makin parah kondisinya.
"Enam ribu itu pembagianya kami kaji dengan memperhitungkan kondisi kedalamanya, bagaimana kondisi arus, angin bertiup ke arah mana," katanya.
Namun demikian, keberadaan keramba jaring apung kian hari makin berkurang. Setidaknya berdasarkan laporan Fauzan, saat ini hanya ada sekitar 17 ribu keramba.