TEROR terhadap jurnalis kembali terjadi. Tempo, salah satu media yang dikenal dengan jurnalisme investigatifnya, mendapatkan ancaman brutal dan sarat pesan intimidasi.
Kiriman kepala babi tanpa telinga, paket berisi enam tikus mati dengan kepala terpotong, serta aksi doxing terhadap jurnalisnya merupakan upaya terang-terangan untuk menekan kebebasan pers.
Baca Juga:
Pergerakan Advokat Kutuk Teror Kepala Babi ke Jurnalis Tempo
Ini bukan sekadar intimidasi biasa, tetapi bentuk eskalasi teror yang harus menjadi perhatian serius bagi semua pihak yang peduli terhadap demokrasi dan kebebasan berekspresi di Indonesia.
Pemimpin Redaksi Tempo, Setri Yasra, menegaskan bahwa media ini takkan gentar menghadapi segala bentuk ancaman.
Mereka tetap berpegang teguh pada prinsip jurnalistik dan telah melaporkan kasus ini ke Mabes Polri.
Baca Juga:
Istana: Insiden Tempo Jangan Dibesarkan Agar Tak Puaskan Peneror
Namun, sejarah penanganan kasus kekerasan terhadap jurnalis di Indonesia memperlihatkan pola yang mengkhawatirkan: minimnya penyelesaian dan lemahnya komitmen aparat dalam melindungi kebebasan pers.
Simbol Teror dan Pesan yang Disampaikan
Mengapa harus kepala babi tanpa telinga? Babi sering diasosiasikan dengan hal-hal negatif dalam berbagai budaya, seperti ketidaksucian dan keburukan.