WahanaNews.co | Sakola Istri adalah sekolah perempuan pertama di Indonesia. Sekolah ini didirikan di Paseban Kulon Pendopo Kabupaten Bandung pada 16 Januari 1904.
Pendirinya, Raden Dewi Sartika, seorang tokoh perintis pendidikan untuk kaum wanita, yang ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia tahun 1966.
Baca Juga:
Japto Imbau Pemuda Pancasila se-Jawa Barat Tetap Tenang dan Hindari Provokasi
Setelah mendirikan Sakola Istri, pada 1905, Dewi Sartika membangun gedung sekolah di tempat yang kini dikenal SD dan SMP Dewi Sartika.
Melansir laman SMK Dewi Sartika, Raden Dewi Sartika lahir di Bandung, 4 Desember 1884 dan meninggal di Tasikmalaya, 11 September 1947 pada umur 62 tahun.
Dewi Sartika dilahirkan dari keluarga priyayi Sunda, Nyi Raden Rajapermas dengan Raden Somanagara.
Baca Juga:
Optimalkan Layanan, KAI Daop 2 Bandung Uji Coba Kereta Baru
Meskipun bertentangan dengan adat waktu itu, ayah-ibunya bersikukuh menyekolahkan Dewi Sartika di sekolah Belanda.
Ia mendapatkan pengetahuan mengenai kebudayaan Sunda dari pamannya yang mengasuh.
Sementara wawasan kebudayaan Barat didapatkannya dari seorang nyonya Asisten Residen berkebangsaan Belanda.
Sejak berumur sepuluh tahun, Dewi Sartika sudah menunjukkan bakat pendidik dan kegigihan untuk meraih kemajuan.
Sambil bermain di belakang gedung kepatihan, ia sering memperagakan praktik di sekolah, belajar baca-tulis, dan bahasa Belanda, kepada anak-anak pembantu di kepatihan.
Papan bilik kandang kereta, arang, dan pecahan genting dijadikannya alat bantu belajar.
Beranjak remaja, semakin ingin mewujudkan cita-citanya. Hal ini didorong pula oleh pamannya, Bupati Martanagara, yang memang memiliki keinginan yang sama.
Namun, kondisi adat saat itu telah mengekang kaum wanita sehingga membuat pamannya mengalami kesulitan dan khawatir.
Namun karena kegigihan semangatnya yang tak pernah surut, akhirnya Dewi Sartika bisa meyakinkan pamannya dan diizinkan mendirikan sekolah untuk perempuan.
Tepat pada 16 Januari 1904, Dewi Sartika membuka Sakola Istri (Sekolah Perempuan) pertama se-Hindia-Belanda. Tenaga pengajarnya ada tiga orang yakni Dewi Sartika dan dua saudara misannya, Ny. Poerwa dan Nyi. Oewid.
Murid-murid angkatan pertamanya terdiri dari 20 orang, menggunakan ruangan pendopo kabupaten Bandung.
Dikutip dari situs resmi Pemkot Bandung, kurikulum yang diberikan di sekolah pimpinan Raden Dewi Sartika itu disesuaikan dengan kurikulum Sekolah Kelas Dua (Tweede Klasse Inlandsche School) milik pemerintah.
Namun ada tambahan mata pelajaran keterampilan, seperti memasak, mencuci, menyetrika, membatik, menjahit, menisik, merenda dan menyulam, yang ada hubungannya dengan kepentingan rumah tangga.
Sekolah Dewi Sartika itu juga mengajarkan pelajaran agama, kesehatan, bahasa Melayu dan bahasa Belanda. Pelajaran-pelajaran tersebut tidak hanya diberikan secara teori, tetapi diberikan juga dalam bentuk praktik.
Sampai saat ini, SD dan SMP Dewi Sartika masih terus melakukan proses belajar mengajarnya, tepat di gedung bersejarah itu. [Tio/Detik]