WAHANANEWS.CO, Jakarta - Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) resmi meluncurkan Program Akselerasi Akses dan Mutu Pendidikan Tenaga Medis, sebuah inisiatif untuk memperluas jangkauan dan meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di bidang kesehatan.
Menteri Kemdiktisaintek, Brian Yuliarto, menyampaikan bahwa program ini menjadi bagian dari langkah percepatan untuk mewujudkan visi AstaCita yang diusung Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, khususnya melalui penguatan kolaborasi dalam sistem kesehatan akademik.
Baca Juga:
Program Kesehatan Gratis untuk Siswa Digelar Mulai Agustus 2025
"Pendidikan tinggi harus berorientasi pada akses, mutu, relevansi, dan dampak sesuai misi AstaCita. Kita perlu menghasilkan tenaga medis yang berkualitas dan hilirisasi riset yang berkontribusi untuk peningkatan sistem pelayanan kesehatan," ujar Brian dalam peluncuran program di Graha Diktisaintek, Gedung D Kemdiktisaintek, Jakarta, Selasa (22/7/2025).
Brian juga menjelaskan bahwa kementeriannya telah membentuk jaringan kerja sama antar perguruan tinggi dalam sistem kesehatan akademik.
Selain itu, dibentuk pula satuan tugas (satgas) yang bertugas mempercepat distribusi dan pemenuhan kebutuhan dokter serta dokter spesialis mulai tahun 2025.
Baca Juga:
Riwayat Pendidikan Giring Ganesh dari Dunia Musik Terjun ke Politik dan Pemeritahan
Satgas tersebut akan melaksanakan sejumlah quick wins dengan fokus pada tiga pendekatan utama:
Membuka program studi baru dan meningkatkan kapasitas penerimaan mahasiswa untuk pendidikan dokter spesialis dan subspesialis melalui kemitraan antarlembaga pendidikan tinggi;
Menempatkan residen senior di rumah sakit pendidikan yang menjadi prioritas;
Memperkuat sinergi dengan pemda, kementerian/lembaga, dan pemangku kepentingan lainnya.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan pentingnya reformasi sistem pendidikan kedokteran.
Ia menyebut bahwa selain distribusi yang merata, produksi dokter dalam negeri juga harus ditingkatkan.
"Isu pemerataan dokter spesialis merupakan hal yang tidak bisa dipungkiri kepentingannya. Sehingga memang harus menjadi concern kita bersama," ucap Menkes.
Saat ini, dari total 136 fakultas kedokteran (FK) di Indonesia, terdapat 25 FK yang menyelenggarakan 358 program pendidikan spesialis dan subspesialis.
Pemerintah, melalui Kemdiktisaintek, juga menjalin kerja sama dengan AIPKI (Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia) untuk menyatukan 57 FK dalam membuka 148 program studi baru, bekerja sama dengan lebih dari 350 rumah sakit selama 2025–2026.
Diharapkan, langkah percepatan ini mampu menaikkan kuota mahasiswa menjadi lebih dari 8.000 orang pada tahun 2026.
Sementara itu, jumlah lulusan ditargetkan mencapai lebih dari 6.000 dokter per tahun pada 2030.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]