WahanaNews.co | Adanya resesi global turut berdampak kepada banyak industri dan perusahaan di Indonesia yang menjadi kekurangan permintaan ekspor.
Hal ini pun menyebabkan dampak berkelanjutan dimana terdapat pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor padat karya.
Baca Juga:
Peringatan Resesi 2023 Disebut Alarm Palsu, Sri Mulyani Angkat Bicara
Wakil Ketua Bidang Ketenagakerjaan Apindo Aloysius Budi Santoso mengatakan pihaknya mencatat hingga akhir Oktober 2022, sudah ada 79.316 buruh di sektor padat karya jadi korban PHK.
Bahkan, angka tersebut belum termasuk jumlah buruh yang jadi korban PHK di industri alas kaki nasional yang dilaporkan juga mengalami penurunan permintaan ekspor 40%-50%.
"Per akhir Oktober 2022 sudah ada 79.316 orang dari 127 perusahaan. Sifatnya ada yang memang PHK, ada yang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) tidak diteruskan. Ada juga yang memang karena pabrik pada akhirnya tutup produksi," kata Aloysius kepada CNBC Indonesia, dikutip Sabtu (5/11/2022).
Baca Juga:
2023 Dihantui Tekanan dan Potensi Ancaman Multidimensi, Survei LPI: Tahun yang Berat!
Untuk wilayah, menurut Aloysius, PHK atau pengurangan karyawan terjadi paling banyak di Jawa Barat.
"Untuk 3 besar daerah dengan jumlah PHK maupun PKWT tidak diteruskan itu adalah Bogor, Sukabumi, dan Subang. Kalau yang pabriknya banyak tutup produksi itu di Bogor dan Purwakarta. Ini daerah-daerah dengan jumlah terbesar dari kasus yang masuk sampai saat ini," lanjutnya.
Dia menjabarkan, industri padat karya dihadapkan tantangan lonjakan biaya-biaya. Akibatnya, kata dia, tak mengejutkan jika perusahaan kemudian memilih menjadi importir untuk dijual kembali di pasar dalam negeri.