WAHANANEWS.CO, Jakarta - Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, Ariston Tjendra, mengatakan bahwa penguatan nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh sikap terbaru Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang mengecualikan peralatan elektronik dari pengenaan tarif resiprokal.
Melansir dari Anadolu Agency, pemerintahan AS mengecualikan sekitar 20 produk barang elektronik seperti telepon pintar, komputer, router, chip semikonduktor, dan perangkat serupa lainnya dari tarif resiprokal yang diterapkan kepada negara lain, termasuk China.
Baca Juga:
Donald Trump Gencarkan Perang Dagang, Indonesia Jadi Korban Baru
“Trump mengecualikan peralatan elektronik dari pengenaan tarif baru memberikan sentimen positif ke pasar. Indeks saham Asia tempat produsen elektronik terlihat menguat pagi ini. Ini juga akan membantu penguatan rupiah hari ini,” ucapnya dilansir Antara di Jakarta, Senin (14/4/2025).
Penguatan rupiah turut dipengaruhi indeks dolar AS yang menurun di bawah level 100 pada pagi ini. Level tersebut tak pernah disentuh sejak Juli 2023.
Kekhawatiran pasar terkait dampak negatif kenaikan tarif terhadap perekonomian dan aset keuangan AS menjadi pemicu pelemahan indeks dolar AS.
Baca Juga:
Usai Wawancara dengan Trump Sempat Tertunda 40 Menit, Elon Musk Salahkan DDOS
“Sentimen-sentimen di atas paling tidak memberikan angin segar untuk rupiah sementara waktu. Pasar sangat dinamis, perubahan arah bisa kapan pun terjadi dalam waktu singkat. Jadi, pasar akan merespon setiap perubahan dengan hati-hati,” ungkap dia.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, kurs rupiah diperkirakan menguat ke arah support Rp16.700 per dolar AS dengan potensi resisten di kisaran Rp16.800 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Senin pagi di Jakarta menguat sebesar 9 poin atau 0,05 persen menjadi Rp16.787 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.796 per dolar AS.