WahanaNews.co | Bank Dunia mengungkapkan penelitian bahwa harga beras di Indonesia jadi salah satu yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) dalam satu dekade terakhir. Lembaga keuangan internasional itu membeberkan, harga beras di Indonesia lebih mahal dibandingkan Filipina, Vietnam, Kamboja, hingga Thailand.
Staf Bidang Pengaduan dan Hukum Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Rio Priambodo, mengatakan bahwa laporan Bank Dunia terkait mahalnya beras di Indonesia harus menjadi evaluasi pemerintah untuk memperkuat swasembada pangan di Indonesia.
Baca Juga:
Presiden Prabowo dan Sekjen PBB António Guterres Bahas Sejumlah Isu Strategis dalam Pertemuan Bilateral di Brasil
"Mengevaluasi lagi produksi beras dalam negeri yang harus ditingkatkan, untuk mencukupi kebutuhan nasional," kata Rio, dikutip Sabtu (24/12/2022).
Menurut YLKI, tentunya harga tinggi berdampak pada daya beli masyarakat yang menurun. Konsumen berpotensi beralih ke beras yang lebih murah dan kualitas yang lebih rendah.
"Harga mahal harus sebanding dengan kualitas beras yang dibeli konsumen. Jangan sampai konsumen beli beras harga mahal tapi kualitasnya lebih rendah," ungkapnya.
Baca Juga:
RI-Selandia Baru Tegaskan Komitmen untuk Tingkatkan Kerja Sama Kedua Negara
Sebagai informasi, Bank Dunia mengungkapkan, harga beras di Indonesia 28 persen lebih tinggi dibanding harga di Filipina, juga dua kali lipat lebih mahal dari negara tetangga lainnya yaitu Vietnam, Kamboja, Myanmar dan Thailand.
Bank Dunia menyebutkan penyebab tingginya harga beras di Indonesia karena adanya masalah dalam harga pasar bagi produsen pertanian seperti pembatasan perdagangan melalui tarif impor, monopoli impor BUMN untuk komoditas utama, dan tindakan non-tarif lainnya.
Selain itu, kurangnya investasi jangka panjang dalam penelitian dan pembangunan pertanian, layanan penyuluhan, dan pengembangan sumber daya menahan peningkatan produktivitas yang dapat menurunkan harga pangan dalam jangka panjang.
Di sisi lain, rantai pasokan yang panjang dan biaya distribusi yang tinggi, sebagian karena geografi negara yang kompleks, juga menaikkan harga pangan bagi konsumen di Indonesia. [eta]