Grup Triputra
Triputra Group melalui PT. Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) meramaikan kompetisi usaha agribisnis nasional. Meski memulai usaha di industri perkayuan pada tahun 1980 dan baru memulai ekspansi ke bisnis kelapa sawit secara resmi pada 1996, perusahaan ini telah berkembang dan menjadi pemain penting di dunia kelapa sawit Indonesia.
Baca Juga:
GAPKI Desak Pembentukan Badan Sawit Nasional di Bawah Pemerintahan Prabowo
Reli harga CPO, berkontribusi terhadap peningkatan laba DSNG semester pertama tahun ini yang tercatat naik 14% menjadi Rp 207,50 miliar dari sebelumnya Rp 181,74 miliar pada posisi akhir Juni tahun lalu. Pendapatan perusahaan tercatat mengalami kenaikan tipis menjadi Rp 3,30 triliun dari semula Rp 3,15 triliun.
Pemain Medioker
Baca Juga:
Harga CPO Naik Signifikan, Dorong Pertumbuhan Ekspor Indonesia
Selain dari konglomerasi yang disebutkan di atas beberapa emiten sawit lainnya juga membukukan kinerja positif akibat kenaikan harga CPO. Emiten yang baru melantai di bursa tahun lalu, PT Pinago Utama Tbk (PNGO) pada tengah tahun ini mencatatkan laba bersih Rp 120,21 miliar dari semula rugi Rp 2,19 miliar.
Emiten sawit lain PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) juga membukan laba US$ 12,58 juta pada enam bulan awal tahun ini, membaik dari kondisi rugi US$ 5,40 juta pada tengah tahun lalu.
Emiten sawit yang didirikan oleh taipan perkebunan Abdul Rasyid di Kalimantan Tengah, PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) belum melaporkan kinerja keuangan kuartal kedua. Akan tetapi hingga akhir Maret tahun ini perusahaan mencatatkan laba Rp 174,11 miliar dari kondisi rugi Rp 338,96 pada periode yang sama tahun sebelumnya.