Kentang dengan budidaya bagus, bisa disimpan hingga 2 bulan, dengan penyimpanan yang sesuai SOP, tidak kena sinar matahari dan tempatnya tidak lembab.
Cabai, kubis, brokoli, rentan rusak, Tidak begitu dengan kentang yang keras. Ketika panen, kentang juga tidak boleh kena air hujan, ini bisa mempengaruhi kualitasnya dan menjadi lebih mudah busuk. Karenanya, treatment panen dan pasca panen sangat menentukan kualitas untuk dijual.
Baca Juga:
Prabowo Tinjau Langsung Panen Padi di Merauke
Masalahnya, menurut Agus, tidak semua petani kentang paham tentang hal tersebut.
“Untuk pembibitan pun, kebanyakan masih memakai bibit non-unggul. Tak banyak juga yang mengerti tentang treatment paling sesuai saat panen dan pasca-panen untuk kentang-kentang tersebut,” paparnya, belum lama ini.
Ketertinggalan dalam hal bibit juga terjadi pada komoditas bawang putih.
Baca Juga:
Dinas Pertanian Kubu Raya Rencanakan Penanaman Padi 69.462 Ton Tahun 2024
Intan Anastasia, pemilik usaha Hitara Black Garlic mengaku bahwa untuk produksi, ia justru menggunakan produk bawang putih impor. Sebab, bawang putih lokal Indonesia ukurannya lebih kecil.
“Jika dibuat black garlic, penyusutannya 30 hingga 40 persen, jadi kecil sekali,’ ujar Intan. Tak hanya itu, harga bawang putih lokal pun cenderung lebih mahal.
Menurut Agus, pasokan bawang putih diimpor lantaran Indonesia belum punya sistem pembibitan bawang putih yang benar-benar bagus. Alhasil, produktifitas Indonesia rendah dan tidak bisa mencukupi kebutuhan skala nasional.