Kita perlu masuk ke dalam dunia konsumen untuk memahami kompleksitas liku kesehariannya. Dengan menggunakan konsep Consumer Journey, kita bisa memetakan apa saja yang dialami konsumen secara sistematis tajam, dan kontekstual”, tambahnya.
Made H Dewantara, dosen bidang Pariwisata di Prasetiya Mulya mengatakan, memetakan perjalanan konsumen, mengobservasi, kemudian mencatat apa yang penting dan bermakna bagi konsumen, kita akan makin terbiasa berpikir dari sudut pandang konsumen.
Baca Juga:
Mudahkan Pelanggan Bayar Listrik, PLN Mobile Jalin Kolaborasi dengan MotionPay
Hal ini sangat penting bagi pemilik merek karena relevansi akan terbentuk dan solusi yang dibuat akan sangat berkualitas.
Berpikir dari sudut pandang konsumen akan memperkuat kemampuan empati pemilik produk atau jasa, yang pada gilirannya dapat menjadi bahan baku untuk menciptakan tawaran yang tidak hanya menarik, tetapi juga bermakna bagi konsumen.
Jika hal ini terjadi, loyalitas konsumen terhadap produk atau jasa yang ditawarkan akan bertahan dalam jangka waktu yang panjang.
Baca Juga:
Wamendag Roro Serahkan Penghargaan Perlindungan Konsumen 2024 kepada Para Kepala Daerah
Yudho Hartono menjelaskan, peta umum perjalanan konsumen dialami ketika konsumen bersentuhan dengan produk atau jasa kita.
Tahapannya terdiri dari ketika konsumen berinteraksi dengan produk yang kita jual, mulai dari sadar, mempertimbangkan, mengambil keputusan pembelian, menikmati produk dan layanan, sampai dengan merekomendasikannya kepada orang lain.
Di tahap selanjutnya, pengalaman konsumen yang dilihat dalam dua dimensi, yaitu pengalaman positif dan pengalaman negatif.