Miftah menjelaskan, delapan jenama yang ditampilkan pada Festival Indonesia 2023 adalah peserta inkubasi kegiatan JMFW binaan Kementerian Perdagangan yang berkolaborasi dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, yaitu Apikmen, Arabelle Scarf, Archipelago Texture, Aruna Creative, Fatih Indonesia, Gitaratna, Jenna&Kaia, dan Resine & Bouton.
Berdasarkan data State of the Global Islamic Economy Report tahun 2022, konsumsi pasar muslim dunia terhadap produk modest fashion dan fesyen muslim pada 2025 diprediksikan sebesar USD
375 miliar.
Baca Juga:
Catat Potensi Transaksi Rp70 Miliar, Produk Suku Cadang Indonesia Diminati Timur Tengah dan Afrika
Nilai ini meningkat 6,1 persen jika dibandingkan tahun 2021 yang sebesar USD 295 miliar. Menurut Miftah, selama dua dekade terakhir, budaya Korea Selatan telah berkembang pesat dan meluas secara global melalui ‘Korean Wave’ yang identik dengan musik, drama, fesyen, dan kuliner.
Kuatnya budaya K-Pop dan selebritas Korea Selatan turut membawa nama harum budaya Korea Selatan termasuk dari sektor fesyen yang mendunia.
Salah satu yang menjadi efek dari keberhasilan ‘Korean Wave’ adalah banyaknya wisatawan yang
berkunjung ke Korea Selatan. Dengan terus bertambahnya wisatawan asing yang berkunjung, Pemerintah Korea Selatan pun secara aktif dan inovatif mengembangkan pariwisata. Salah satu peluang yang dimanfaatkan adalah wisata halal.
Baca Juga:
Unjuk Kemampuan di Vietnam, Industri Kabel RI Berpeluang Perluas Pasar Ekspor
Menurut laporan Korea Tourism Organization, negara-negara muslim yang berkunjung ke Korea Selatan antara lain Indonesia, Malaysia, Timur Tengah, Kazakhstan, Uzbekistan, Turki, Iran, Pakistan, dan Bangladesh.
“Pemerintah Korea Selatan dapat memanfaatkan peluang tersebut. Mereka melakukan sebuah inovasi terbaru untuk mengembangkan sektor pariwisata dengan mempromosikan slogan “Muslim Friendly Korea”. Untuk itu, hal ini menjadi salah satu peluang bagi modest fashion Indonesia di
Korea Selatan,” tandas Miftah.
[Redaktur: Tumpal Alpredo Gultom]