"Populasi kelas menengah di India naik, kelas menengah di Indonesia naik. Ke depan kelompok masyarakat yang terbang untuk kepentingan liburan dan bisnis bakal meningkat," tuturnya.
"Oleh karenanya pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Jadi kita tidak akan mencomot penerbangan (dari Singapura), kita tidak akan mengambilnya dari siapapun. Semuanya akan bertumbuh dengan sendirinya," tukas Sripathy.
Baca Juga:
Leaders’ Retreat Perdana Presiden Prabowo dan PM Wong, Momentum Baru Kemitraan Indonesia–Singapura
Sebelumnya, PT Angkasa Pura II (Persero) sebagai anggota InJourney Holding fokus meningkatkan optimalisasi seluruh aset salah satunya Bandara Internasional Kualanamu di Deli Serdang, Sumatera Utara, melalui kemitraan strategis (strategic partnership).
Sejalan dengan itu, pengelolaan dan pengembangan Bandara Kualanamu dilakukan dengan skema kemitraan strategis berjangka waktu 25 tahun dengan nilai kerja sama sekitar USD 6 miliar termasuk investasi dari mitra strategis sedikitnya Rp 15 triliun.
Skema kemitraan strategis ini akan menggabungkan sumber daya yang dimiliki AP II dan mitra strategis, sehingga dapat mengakselerasi pengembangan Bandara Internasional Kualanamu untuk menjadi hub dan pintu gerbang utama internasional serta kawasan bisnis di wilayah barat Indonesia.
Baca Juga:
Gelar Courtesy Call, Presiden Prabowo dan Presiden Tharman Bahas Fase Baru Hubungan Indonesia–Singapura
Adapun dalam mencari mitra strategis ini AP II menggelar tender secara profesional serta transparan yang diikuti berbagai perusahaan global. Setelah melewati rangkaian proses tender, ditetapkan GMR Airports Consortium sebagai pemenang tender.
Penetapan pemenang tender ini juga melalui proses evaluasi oleh tim juri yang berasal dari pakar industri penerbangan, praktisi, akademisi, dan AP II, serta didampingi oleh notaris dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).