WahanaNews.co | Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengungkapan kehawatiran soal mahalnya bahan pangan jika harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi naik.
Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dikabarkan akan mengumumkan kenaikan harga BBM subsidi pekan depan.
Baca Juga:
YLKI: Masyarakat Diimbau Lebih Cermat Pilih Produk Asuransi
"Pemerintah harus menjamin bahwa rantai pasok komoditas bahan pangan tidak terdampak secara signifikan pasca kenaikan harga BBM," ujar Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi, Sabtu (20/8/2022).
"Jalur-jalur distribusi harus lebih disederhanakan dan dilancarkan sehingga tidak menjadi kedok untuk menaikkan harga bahan pangan. Jangan jadikan kenaikan harga BBM untuk aji mumpung menaikkan komoditas pangan, dan komoditas lainnya," sambungnya.
Tulus menilai kebijakan kenaikan harga BBM subsidi seperti buah simalakama. Jika harga BBM subsidi tak naik, APBN makin terbebani karena harus menanggung subsidi. Namun jika harga BBM dinaikkan, potensi efek dominonya berpotensi memukul daya beli masyarakat.
Baca Juga:
Marak Aduan Konsumen, YLKI: Keluhan Soal Pinjol Terbanyak
Namun jika harga BBM subsidi naik, TLKI menyarankan kepada pemerintah pusat dan pemerintah daerah agar tetap memberikan subsidi kepada angkutan umum atau insentif lainnya.
Hal itu dinilai penting agar menekan tarif angkutan umum yang dipastikan bakal melakukan penyesuaian.
"Tingginya kenaikan angkutan umum, justru akan kontra produktif bagi nasib angkutan umum itu sendiri, karena akan ditinggalkan konsumennya, dan berpindah ke sepeda motor," ucap Tulus.
Selain itu, lanjut Tulus, kenaikan harga BBM harus diikuti upaya mereformasi pengalokasian subsidi BBM. Artinya, penerima subsidi BBM benar-benar untuk masyarakat yang berhak, by name by address.
Menurut kajian Bank Dunia, 70 persen subsidi BBM tidak tepat sasaran karena dinikmati kelompok menengah dan mampu. Menurutnya, fenomena ini tidak boleh dibiarkan.
Ke depan, menurut dia, pemerintah harus punya antisipasi terkait harga minyak mentah dunia. Misalnya dengan menyiapkan semacam dana minyak (oil fund).
"Dengan dana ini, jika harga minyak mentah sedang turun, maka selisihnya bisa disimpan dalam oil fund tersebut. Dan jika harga minyak mentah sedang naik, maka tidak serta merta harga BBM di dalam negeri harus naik," ujarnya.
Sebagai informasi, pemerintah telah memberi sinyal bakal menaikkan harga BBM. Terbaru, Menteri Koordintor Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, Presiden Joko Widodo akan mengumumkan kenaikan harga BBM subsidi pada pekan depan. [qnt]