Namun, Handi mengingatkan agar perencanaan program besar dilakukan secara matang.
"Kita harus belajar dari masa lalu. Proyek besar tanpa perencanaan yang kuat itu berisiko gagal," tegasnya. Ia mencontohkan rencana pembentukan 80.000 Koperasi Merah Putih dengan anggaran Rp400 triliun yang menurutnya perlu dirancang secara hati-hati.
Baca Juga:
Kuliah Kebangsaan Anies Baswedan "Lentera Demokrasi Jalan Menuju Keadilan Sosial"
Dalam konteks global, Handi menyoroti ketidakpastian yang dipicu oleh kebijakan proteksionisme Amerika Serikat. Ia menyebut hal ini sebagai penghambat investasi global dan konsumsi.
Namun di balik tantangan itu, ada peluang dari kebijakan tarif baru terhadap produk asal China, Vietnam, dan Bangladesh.
Meskipun demikian, Handi memperingatkan bahwa fundamental ekonomi Indonesia sedang tidak sehat.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
"Utang negara sudah mencapai Rp8.000 triliun, daya saing menurun, terjadi de-industrialisasi, dan kualitas SDM masih rendah. Ini membuat Indonesia masuk kategori negara berisiko tinggi," ujarnya.
Ia juga menyoroti belum adanya rencana konkret dari pemerintahan baru dalam enam bulan pertama masa jabatannya.
Handi menyarankan tiga langkah penting: memperbaiki komunikasi kebijakan, memperkuat teknokrasi, dan meningkatkan kapasitas eksekusi kebijakan di lapangan.