"Yang kita butuhkan sekarang bukan sekadar program ambisius, tapi langkah nyata untuk membangun fondasi ekonomi yang kokoh," tutupnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Departemen Makroekonomi INDEF, Dr. M. Rizal Taufiqurrahman, menyoroti rendahnya proyeksi pertumbuhan global yang diprediksi hanya 2,8% pada 2025.
Baca Juga:
Kuliah Kebangsaan Anies Baswedan "Lentera Demokrasi Jalan Menuju Keadilan Sosial"
Ia menilai target pertumbuhan Indonesia sebesar 5,2% sangat ambisius, apalagi pemerintah juga menargetkan pertumbuhan 8% hingga akhir tahun.
"Target ini sangat berat mengingat situasi global yang tidak stabil," ujar Rizal.
Ia memperingatkan adanya tren jobless growth dan meningkatnya ketergantungan pada sektor informal. Selain itu, potensi penurunan impor dan investasi perlu segera diantisipasi.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
Sebagai solusi, Rizal merekomendasikan industrialisasi berbasis rantai nilai dan pengembangan sektor teknologi, termasuk baterai kendaraan listrik dan semikonduktor.
"Pasar kita besar, tapi gap antara desain kebijakan dan implementasi masih jadi penghambat utama," katanya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Dr. Piter Abdullah, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap gelombang PHK yang lebih besar dibanding tahun 2024.