Namun tak semua orang punya uang banyak untuk bisa tampil di Time Square. Di sinilah seharusnya momen 'menunggangi' viral terjadi.
Bila memang tak kuat membayar harga mahal tampil di Time Square setidaknya bisa menggunakan hype yang ditimbulkan dari model periklanan Time Square menjadi konten. Bisa saja konten parodi dibuat, sebuah produk diedit seakan-akan tampil di Time Square.
Baca Juga:
Terapkan Strategi Pemasaran Efektif, MarkPlus Nobatkan PLN Best of The Best BUMN Entrepreneurial Marketing 2024
"Apakah semua bisa bawa produk ke Time Square? Tidak. Tapi apakah semua bisa photoshop produknya seakan-akan berada di Time Square? Bisa nggak? Bisa kan. Jadi enjoy the wave seharusnya," jelas Sunil.
Yang terjadi selama ini adalah belum banyak orang yang segera 'menunggangi' sebuah momentum viral. Ketika momen viral sudah pecah, bahkan sudah mau habis masanya baru ikut meramaikan.
"Orang masih jarang memperhatikan gelombang viral, mayoritas kala viralnya mulai basi, hype-nya turun baru dia masuk. Saat sudah pecah, dia mau turun baru masuk. Kelamaan wait and see," kata SUnil.
Baca Juga:
Siap Ciptakan 10.000 Pengusaha Sukses, GUSITpreneur Yusman Dawolo Gelar Training Nasional
Di sisi lain, bagi yang berniat untuk membuat momen viralnya sendiri, Sunil sendiri tak mau menutup mata dan menyalahkan. Hal itu wajar saja terjadi. Namun, upayanya akan besar. Konten yang dibuat harus berbeda dan tidak boleh setengah-setengah.
"Kalau mau jadikan pemantik boleh. Tapi lakukan sesuatu yang berbeda. Jangan kentang (tanggung). Gokil sekalian, lucu sekalian, nyebelin sekalian, itu akan jadi viral," tutur Sunil.
Bila ditanya konten yang akan viral ciri-cirinya seperti apa, Sunil mengatakan konten yang viral adalah konten yang membuat orang lain mau menyebarkannya.