WahanaNews.co, Jakarta - Menghadapi berbagai risiko pelambatan ekonomi global yang antara lain disebabkan oleh peningkatan tensi geopolitik, fragmentasi geoekonomi, pelemahan permintaan, kebijakan suku bunga yang masih akan tinggi, disrupsi rantai pasok, hingga perubahan iklim.
Indonesia justru tetap mampu menunjukkan ketahanan ekonomi dengan capaian pertumbuhan terkini pada triwulan I-2024 yang mencapai 5,11% (yoy) dan diikuti dengan tingkat inflasi yang lebih rendah dibandingkan peer countries yakni sebesar 3,05% (yoy).
Baca Juga:
Menko Airlangga Teken Kerja Sama Blue Economy Indonesia-RRT, Disaksikan Presiden Prabowo dan Presiden Xi Jinping
Pemerintah juga terus berupaya mendorong pertumbuhan ekonomi pada kisaran 6-7% guna mencapai target sebagai High Income Country, yang merupakan salah satu prasayarat dalam mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045.
Langkah yang ditempuh Pemerintah yakni dengan transformasi ekonomi yang dilakukan melalui optimalisasi infrastruktur, percepatan transisi energi menuju energi terbarukan, pengembangan infrastruktur digital untuk pengembangan ekonomi, menjaga kesinambungan IKN, menginisiasi program perlindungan dan peningkatan ekonomi pantai utara jawa, serta peningkatan kemandirian wilayah.
”Infrastruktur terus menjadi sebuah fokus dalam pembangunan nasional. Relevansi dan urgensi infrastruktur juga ada dalam RPJMN,” ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Rapat Kerja Nasional untuk Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan tema Percepatan Penyelesaian dan Pra-Evaluasi PSN, Selasa (14/05).
Baca Juga:
Pemerintah Komitmen Jaga Kelangsungan Industri Tekstil Dalam Negeri
Dalam kurun waktu 8 tahun terakhir, Pemerintah berfokus mengembangkan penyediaan infrastruktur yang merata di berbagai wilayah melalui pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) dalam berbagai sektor seperti penunjang konektivitas, ketahanan energi, kedaulatan pangan, dan hilirisasi industri.
Secara kumulatif sejak 2016, sebanyak 198 Proyek telah selesai, 32 Proyek dan 10 Program telah beroperasi sebagian, serta 44 Proyek dan 3 Program dalam tahap konstruksi, dengan estimasi memberikan dampak output perekonomian mencapai Rp3.344 triliun secara nasional dan dengan penyerapan tenaga kerja langsung sebanyak 2,71 juta orang.
Selain sejumlah sektor tersebut, Pemerintah juga memahami peran vital komoditas critical minerals dalam mendukung transisi dan ketahanan energi, antara lain sebagai bahan baku industri pembuatan panel surya, turbin angin, hingga industri baterai.